Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Jadi Gubernur Sumut

16 Juli 2012   05:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:55 3629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat Jakarta kali ini telah menunjukkan sikapnya yang sesungguhnya bahwa dalam menetapkan pilihan terhadap calon pemimpin didasarkan kepada reputasi atau karakter personal seseorang, terutama memilih seseorang berdasarkan riwayat keberhasilan personalitasnya dalam memimpin. Dari semua calon Gubernur DKI Jakarta yang ikut bertarung Jokowi merupakan salah satu calon Gubernur yang memiliki penampilan dan raut wajah yang memiliki nilai paling rendah dibandingkan dengan calon lainnya, namun ketidakgantengan Jokowi ternyata tidak menjadi salah satu faktor penentu utama untuk menang sebagaimana yang terjadi ketika proses pemilihan Calon Presiden Indonesia yang dimenangkan oleh SBY yang diduga kemenangannya salah satu karena faktor penampilan dan kegantengannya.

Ucapan Anas Urbaningrum pada hari Sabtu 14 Juli 2012 lalu yang mengatakan bahwa Jokowi dianggap lebih cocok sebagai Sekjen PBB sebenarnya masih perlu dipertanyakan apakah perkataan tersebut diucapkan oleh Anas Urbaningrum ada kaitannya dengan penampilan phisik atau performance wajah Jokowi yang dianggap "Ndeso" . Namun ucapan Anas Urbaningrum tersebut sudah kadung menyebar luas ditengah-tengah masyarakat dan dianggap sebagai sebuah penilaian terhadap tampang Jokowi, dan masyarakat sendiri menganggap bahwa tampang dan penampilan bukan merupakan ukuran atau barometer yang dipergunakan untuk memilih seseorang menjadi salah seorang pemimpin.

Masalah kegantengan atau raut wajah dalam pemilihan Gubernur, kemenangan Syamsul Arifin sebagai Gubernur Sumatera Utara beberapa tahun yang lalu mengingatkan kembali penanmpilan Jokowi ketika maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, dan kemampuan keduanya untuk memperoleh suara secara signifikan menunjukkan bahwa tidak selamanya penampilan phisik seseorang menjadi faktor penentu kemenangan menjadi seorang pemimpin.

Sebagai salah seorang penduduk Sumatera Utara, apabila dalam pemilihan putaran kedua nanti memang Jokowi tidak berhasil jadi Gubernur DKI Jakarta karena faktor phisiknya yang "Ndeso", secara pribadi saya berharap agar berkenan maju menjadi calon Gubernur Sumatera Utara yang memang sebentar lagi akan mengadakan pemilihan Gubernurnya, dan saya yakinkan kepada Jokowi bahwa masyarakat Sumatera Utara dalam memilih calon pemimpinnya tidak berdasarkan penampilan phisik seseorang, contohnya Syamsul Arifin meruapakan salah satu calon Gubernur yang memiliki tampang paling jelek diantara semua calon yang maju tetapi ternyata mampu berhasil menang menjadi Gubernur Sumatera Utara.

Kami menantikan kehadiran Jokowi dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara jika ruang dan waktu memberi kesempatan baginya............ !!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun