Kenapa kamu ingin ziarah? Karena mengenal Rasulullah? Sejak kecil, begitu lahir, diadzankan di dalam adzan disebut Rasulullah, ngaji di kampung, diajarkan shalat, di dalam shalat menyebut Rasulullah, lalu di Darul Amin hingga belajar ke Mesir, betapa orang Mesir sangat mencintai Rasulullah dan ahlul bait. Tak hanya lewat lisan orang Mesir, segala bangunan dan kendaran mengajak dan menyeru saya untuk bershalawat.
Seberapa tahu akhlak Rasulullah? Seberapa jauh kamu mengamalkan sunnahnya? Tahu dari masyayikh sewaktu talaqqi atau pun vidio masyayikh yang di upload di Facebok dan Youtube, membaca sirah nabawiyah seperti ar-Rahiq al-Makhtum dan karya ulama lainnya tentang Rasulullah. Pengajian-pengajian hadist bersanad bersama masyayikh di masjid Al-Azhar, di Sahah Tijaniyah bersama Syekh Muhammad bin Yahya al-Katani al-Azhari as-Sakandari, Syekh Umar Hasyim, dan Syekh Hisyam. Tak begitu banyak, namun ingin tahu lebih jauh lagi lebih banyak lagi. Sedang senantiasa mengamalkan sunnahnya hingga akhir hayat nanti.
Kamu benaran rindu Rasulullah? Apa karena ingin mengadukan keluhan duniamu, kau sampaikan kepadanya untuk disampaikan kepada sang pencipta?  Memangnya kamu sering bershalawat dan bertawasul sebelumnya? Ya aku rindu, ingin sekali aku berziarah dari dulu, aku pernah benar-benar menangis mendengar dan membaca sirahnya. Tak tahu apakah itu sudah termasuk  benar-benar rindu atau belum, pokoknya aku ingin sekali berziarah. Ya aku juga ingin bertawasul padanya urusan duniawiku, tentu juga keinginan akhiratku agar diberinya syafaat. Cukup sering aku bertawasul kepada Rasulullah, tiap kali do'a udah pasti lah itu. Lumayan sering aku bershalawat, meskipun tak sesering Syekhuna Hisyam. Beliau sering bertanya sewaktu dars: Siapa yang hari ini shalawat 1000 kali kepada Nabi? Jika ada, beliau beri uang jajan. Ada satu orang yang angkat tangan dari kaum akhwat.
Kenapa Allah menciptakan dan memilih kekasihnya dari kalangan manusia bukan dari kalangan malaikat? Untuk menyempurnakan akhlak manusia, untuk rahmat bagi sekalian alam. Dan ia bukan manusia biasa, ia adalah musthafa, mukhtar, ma'shum. Kemuliaan nasabnya terjaga. Bahkan menurut sebagian pendapat ketika Rasulullah isra' mi'raj, Rasulullah melihat Allah, namun pendapat dari Sayidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha, mengatakan Rasulullah tidak melihat Allah. Tak hanya kita, Allah dan para malaikat-Nya juga bershalawat kepadanya.
Bagaiman mungkin masih ada yang tak beriman kepada Allah? Tanda-tanda kebesaran-Nya masih ada hingga hari ini. Kamu ziarah, berarti kamu beriman, kamu yakin, kamu taqwa, kamu sudah melihat maqam mulia, dulu pernah hidup di muka bumi ini sosok yang rahmatan lil'alamin. Tapi  memang orang-orang kafir tidak cukup dengan bukti yang ada, perlu pakai akal, yang rasional.
Kita memang tak hidup satu masa dengannya, jaraknya dengan kita 14 abad lamanya, kita tak pernah melihatnya, namun kita beriman dan cinta padanya. Semoga kita adalah termasuk daripada makna redaksi hadist berikut ini,
() : . : , .
: .
Pov: .
Rabu, 3 Mei 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H