Bakda subuh kami pindah ke sana. Kalau dari Hotel Amjad, naik lurus, nanti jumpa baqalah 'izz, gang pertama belok kanan, tidak begitu nanjak. Lantai 5. Ac-nya dingin banget! Kalau tidur mesti pakai selimut. Kasurnya 9. Masing-masing orang dapat kasur dan selimut. Setelah dua minggu di situ, akad habis. Kami nyari dar lagi, ternyata masih ada dar yang semalam 20 sar, masih mahal. Kami tidak jadi ambil. Akhirnya kawan dapat hotel, nama hotelnya Raayatu Al-Masyaa'ir, ternyata masulnya/penanggung jawab di lobi/resepsionis adalah orang Mesir, kami bilang kami juga orang Mesir, dia ketawa, kami bilang kami mahasiswa al-Azhar.  Negosisasi, dikasihlah 1400 sar untuk dua minggu. Kami 7 orang, perorang 200 sar, harusnya 214, namun ada tiga orang yang gabung ke kami, mereka yang melengkapi kekurangannya. Alhamdulillah happy ending di hotel. Lantai 2. Tiap pindah makin ke bawah, makin dekat dengan Fajar Badi', kalau tidak telat datang, tiap pagi Fajar Badi' menyediakan bubur, selain nasi dan lauk, kopi, susu, dan teh.
Â
Padahal ni ya, hotel dan dar itu sama saja di dalamnya, bahkan lebih luas dar kami sebelum hotel. Mungkin kami yang pertama kali nempati dar tersebut. Kasur dan selimutnya masih baru, masih ada plastiknya. Ac-nya masih halus bet suaranya, paling rendah pun masih sangat dingin, aku bahkan demam di dar ini, tidak kuat dengan Ac, lebih sering aku di luar dar daripada di dalamnya.
Sebelum jam 2 kami sudah antre untuk masuk Raudhah, sesuai jam yang kami pilih di apk nusuk. Setidaknya hampir satu jam kami antre. Tibalah giliran kami. MasyaAllah, perasaan hati sudah bahagia sekali! Detak jantung tak biasa, mata ingin menangis tapi air mata tidak bisa menetes, sekali lagi, aku masih tidak menyangka, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Pengasih, Dia izinkan aku berziarah ke kediaman terakhir kekasih-Nya. Shalat, do'a, aku baca segala daftar-daftar doa yang telah aku siapkan, aku list banyak-banyak. Yang tak boleh tertinggal, aku buka sedikit bocoran, yaitu doa agar dinikahkan sama fulanah, baik di Mekkah, selalu aku tak lupa sebutkan nama fulanah. Â Allah panjangkan umur kedua orang tuaku, umur buya Muchlisin Desky, umur syekhul Azhar prof. Dr. Ahmad Thayib, dll, list doa yang lain bersifat rahasia.
Setiap kelompok hanya diberi waktu setengah jam. Padahal ingin berjam-jam di sini. Ingin aku baca ulang list do'a-do'aku, namun tidak sempat. Akhirnya disuruh keluar, sebelum keluar aku hidupkan kamera, aku foto sana sini, aku rekam sekeliling hingga tiba di pintu keluar. Sebahagia-bahagianya mendengar cerita yang pulang dari Haramain, lebih bahagia lagi ketika dialami sendiri. Sepuas-puasnya mata menonton vidio Haramain tersebar luas di media sosial, tak sepuas jika direkam dengan kamera gawai sendiri.
Aku berjalan tepat di pinggir makam Rasulullah, dan dua sahabat beliau: Umar RA dan Abu Bakr RA. Ingin aku sentuh dindingnya, namun tak teraih, sedikit lagi tanganku nyampe, 'askarinya tidak membolehkan. Begitu dekat ya Allah. Lagi-lagi tak henti-hentinya aku berhshalawat. Masih tidak menyangka bisa ziarah, perasaan kemarin aku masih berada di Gamaliyah. Laa hawla wala quwata illaa billah!
Satu jam setelah ziarah, adzan berkumandang. Ketika lafadz, "asshalaatu khairum minannaum'' di kata 'naum' begitu pendek, seakan penegasan, tidak dibuat panjang macam kita di Indonesia. Aku shalat fardhu pertama kali di masjid Nabawi adalah shalat subuh.
Kenapa kok Allah membeda-bedakan satu waktu ke waktu yang lain, satu tempat ke tempat yang lain? Â Syariat membedakan antara yang serupa dan juga menggabungkan antara yang berbeda.
Membedakan/memisahkan antara yang serupa seperti antara waktu dan tempat. Keutamaan lailatul qadar, bulan-bulan haram dan sebagainya, umrah di bulan ramadhan dan di luar ramadhan. Begitupun tempat, seperti keutamaan Masjidil  Haram dan Masjid Nabawi. Tentu berbeda dengan masjid-masjid lainnya, meskipun sama-sama masjid.
Sedangkan menggabungkan antara dua hal yang berbeda, seperti air dan tanah-yang keddua-duanya dapat digunakan untuk bersuci.
.
Yang menggabungkan dan yang memisahkan itu hak Allah saja, akal kita tak punya hak memikiraknnya.
Kenapa kamu ingin sekali ke kota Madinah? Ingin bertemu Rasulullah? Rasulullah telah lama tiada. Hingga-hingga ketika itu Bilal tak sanggup berada di Madinah setelah Rasulullah kembali ke haribaan Allah. Bagaimana mungkin ia sanggup berada di Madinah, setelah ia mengumandangkan adzan, lalu iqamat, Â keluar sosok yang mulia dari kamar itu. Bilal sering mengetuk pintu kamar Rasulullah. Namun Rasulullah telah tiada, Bilal tak kuat menahan sedih. Ia tingggalkan kota Madinah, ia pergi ke Syam. Hingga lama kemudian dikirim utusan untuk memanggil Bilal kembali ke kota Madinah, Bilal tak nak balik. Akhirnya cucu Nabi yang datang, Bilal tak kuasa menolak. Tiba di Madinah Bilal mengumandangkan adzan setelah kian lama tak ia kumandangkan. Orang-orang kemudian terkaget mendengar suara adzan Bilal. Suara Bilal biasanya mereka dengar ketika Rasulullah masih hidup. Orang-orang mengira Rasulullah hidup kembali, mereka ramai berdatangan ke masjid. Mereka tidak mendapati Rasulullah, mereka hanya bertemu dengan shabat nabi, cucu nabi, Bilal dan yang lainnya.