[caption caption="http://www.jakarta.go.id/jakv1/application/public/img/galleries/news/obat.jpg "][/caption]
Ceritanya pagi tadi hpku bergetar, ternyata ada WhatsApp (WA) dari kakak sepupu. Meskipun ujung dari perbincangan di WhatsApp akan membahas kabar, keluarga, dll. Keseringannya setiap kakak sepupu WA untuk menanyakan perihal kesehatan, khususnya masalah obat kepadaku. Secara tidak langsung ya ada rasa kebanggaan tersendiri bagiku,hee. Sedikit-sedikit bisalah memberi informasi terkait obat dan kesehatan kepada saudara sendiri, bahkan tak sedikit beberapa temen juga sering bertanya kepadaku seputar kesehatan dan obat-obatan.
Sejak kemarin sore, anak sepupu saya ini menderita demam, batuk, dan kadang disusul muntah. Lalu kakak sepupu saya memberikan obat penurun deman kepada anaknya. Karena kondisi hujan deras dan suaminya belum pulang kerja, jadi tak bisa keluar rumah untuk membeli obat/berobat ke dokter sehingga memanfaatkan sisa obat demam yang tersimpan di kotak obat. Sebenanrnya waktu malam hari suhu badan anaknya sudah mulai reda. Tinggal batuknya dan masih sedikit hangat badannya.
Meskipun kondisinya demamnya turun, tapi kakak sepupu tetap WA saya esokan paginya. Dia menanyakan, lebih tepatnya menceritakan kejadian kemarin sore. Karena saya tidak melihat langsung kondisi keponakan saya, maka dengan pemberian obat demam kepada anak yang sedang demam ya memang sudah tepat jawab saya.
Tapi kakak sepupu saya bertanya, kalau obat sirup demamnya sisa yang dulu pernah dipakai tidak apa kan digunakan sedangkan tanggal kadaluarsa masih lama.
Sayapun berganti bertanya, di simpan di mana obat tersebut , kapan terakhir digunakan dan bagaimana kondisi sirup obatnya sekarang (apakah ada perubahan dari yang dulu terkahir diminumkan). Lalu kakak sepupu membalas dan menjelaskan kalau dia menyimpan obat sesuai arahanku dulu, dia menaruhnya di kotak obat yang berada di ruangan yang suhunya sesuai dengan penyimpanan obat tersebut, untuk terakhir digunakan sejak dua minggu yang lalu, dan kondisi obatnya tidak terjadi perubahan apapun imbuhnya. Sayapun menjawab, iya kalau kondisi sirupnya masih bagus tidak mengapa digunakan kembali.
Bagaimana Menyimpan Obat Sediaan padat Yang Tepat?
Di antara kita pasti mempunyai simpanan obat, meskipun obat yang ringan-ringan saja. Dengan alasan untuk stok kalau misalkan tiba-tiba muncul sakit terutama bagi yang mempunyai anak kecil, atau dari penggunaan yang sebelumnya karena sudah sembuh dan obatnya masih bersisa, atau karena memang rutin menggunakan obat-obatan (bukan untuk disalahgunakan ya tapi karena diharuskan oleh dokter minum obat, seperti obat hipertensi, obat diabetes, obat kolesterol, dll)
Untuk obat sediaan padat misalkan tablet/kaplet/kapsul pokoknya selain sediaan cair memang bisa digunakan lagi jika kita menderita sakit yang sesuai dengan tujuan dari penggunaan obat tersebut. Misal kita menyimpan obat demam (semisal Paracetamol tablet), karena memang pengunaannya yang hanya digunakan kalau diperlukan saja tanpa perlu dihabiskan maka setelah tidak demam kita bisa menyimpannya. Asalkan penyimpanannya tepat, yakni:
- Di simpan di tempat yang kering, jangan lembab, jangan panas juga, terlindung dari cahaya langsung.
- Di simpan pada suhu sesuai dengan aturan yang ada di brosur obat/bisa menanyakan kepada petugas farmasi ketika menebus resep/membeli obat.
- Tidak semua obat harus di simpan di lemari es/kulkas. Kebanyakan saya mendapati ibu-ibu yang menebus obat ketika saya jelaskan tentang suhu penyimpanan yang benar, mereka menjawab “oo, gak di kulkas ya mba. Baru tau kirain kalau sirup gini di simpan di kulkas”. Memang ada beberapa obat yang suhu penyimpanannya di lemari es, tapi tidak semua seperti sediaan suppositoria, sediaan vaginal, vaksin, dll.
Ketika kita merasa penyimpanan obat sudah tepat, dan ingin memanfaatkan obat yang ada untuk digunakan mengobati penyakit yang diderita, seperti saya contohkan di atas yakni obat penurun demam yang silahkan saja, tapi cek kembali masa kadaluarsanya. Jika aman semua silahkan diminum.
[caption caption="selalu perhatikan masa kadaluarsa obat yang tersedia diblister atau botol obat (dok.pri)"]
Selain menghemat agar tidak membeli kembali ke apotek yang butuh waktu dan tentunya uang, kita juga bisa memiliki persediaan obat yang dibutuhkan kapanpun ketika sakit tiba-tiba mendera yang tak kenal waktu.
Untuk obat dalam bentuk sediaan padat (tablet/kaplet/kapsul) dalam masalah pengemasan lebih aman karena dibungkus pertabletnya. Jadi ketika kita mempunyai obat pereda demam satu blister/satu strip yang isinya 10 tablet. Ketika kita merobek bungkus satu bagian tablet yang akan kita minum, dan pasti tidak akan mengganggu sisa tablet yang lainnya. Meskipun begitu kita harus tetap waspadai jika mnum obat yang disimpan tidak tepat, maka kita harus mengecek tablet yang akan kita minum apakah ada perubahan, seperti:
- Perubahan warna tablet, terdapat bintik-bintik
- Perubahan bentuk (tablet sudah tidak padat lagi, agak gembur)
- Jika dalam bentuk kapsul, kapsulnya mengalami kerusakan
- Jika dalam bentuk kaplet yang bersalut, salutnya yang melapisi tabletnya sudah tidak rata, terdapat bagian yang mengelupas, dll
Maka dari itu faktor penyimpanan obat yang tepat akan menunjang mutu obat tersebut apakah masih berkhasiat atau tidak. Misalkan dari suhu penyimpanan yang tidak tepat saja, bisa menyebabkan tablet basah, kemudian merusak kandungan obat utama dan akhirnya tidak berkhasiat lagi.
Lalu bagaimana untuk obat dalam bentuk sediaan selain sediaan padat di atas. Apakah perlakuan penyimpanannya sama?
Untuk sedian selain padat yaitu, sediaan cair (sirup/yang berbotol) dan sediaan salep untuk penggunaan dioleskan ke bagian kulit.
Untuk sediaan sirup yang ada botol dan tutupnya juga sediaan salep yang ada tube salep dan tutupnya. Itu rentan terkontaminasi, terkadang tidak langsung segera menutupkan kembali tutupnya dan sendok obat tergelak di mana saja, bahkan terlupa untuk membilasnya kembali ketika ingin digunakan. Tidak seperti tablet yang dibungkus pada masing-masing tabletnya. Jika kita menggunakan obat bentuk sirup, pasti kita mengocoknya terlebih dahulu baru membuka tutup botolnya, dan menuangkan sirup obat pada sendok obat. Setelah diminum, botol obat ditutup kembali. Sama halnya dengan salep atau sediaan oles.
Yang pasti penyimpanannya hampir sama seperti yang dijelaskan di atas, namun untuk sediaan sirup yang tidak tepat penyimpananya juga akan merusak kandungan obat di dalamanya, sehingga akan ada perubahan, seperti:
- Perubahan warna sirup
- Perubahan konsistensi sirup (yang tadinya kental menjadi encer, yang tadinya encer menjadi menggumpal, dll)
- Timbul bercak-bercak atau bahkan ada yang melayang-layang di dalam cairan
- Perubahan bau
Sedangkan untuk sediaan salep bisa terjadi perubahan, seperti:
- Perubahan warna salep
- Perubahan konsistensi salep (yang tadinya kental menjadi encer, yang tadinya encer menjadi menggumpal, dll)
- Timbul bercak-bercak/bintik-bintik
- Timbul bau
Suhu/temperatur dan kelembaban udara dalam penyimpanan obat menjadi faktor penting untuk diperhatikan, jangan asal di letakkan di meja, atau disimpan di kotak obat yang berada pada suhu dan kelembaban tidak sesuai dengan penyimpanan obat, atau malah untuk sediaan sirup dimasukkan kulkas. Selalu baca brosur atau label yang menerangkan penyimpanan, jika tidak ada bisa menanyakan kepada petugas terkait.
[caption caption="keterangan penyimpanan obat yang ada pada label (dok.pri)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H