Lingkungan sosial adalah sekelompok manusia, media, peristiwa yang menjadi habitat seseorang dan mampu memengaruhinya. Lingkungan sosial berpotensi memolai kepribadian seseorang, yang terungkap dalam sikap, bahasa, dan pola pikirnya.
Setiap wilayah sosial memiliki potensi untuk mendukung maupun merugikan kepribadian seseorang. Gaya hidup konsumtif, pengaruh iklan, film-film perang atau horor, bisa merusak gambaran orang akan realitas.
Seorang yang dibesarkan di lingkungan perkampungan yang ramai dan multikultural, bisa bertumbuh menjadi pribadi yang memprioritaskan semangat egaliter, kebersamaan dan terbiasa bergaul dengan aneka suku dan agama.Â
Hal ini berbeda dengan orang yang terisolasi di wilayah tertentu, seperti perumahan elit. Mereka bisa gagap dalam menghadapi keanekaan dan sulit bersosialisasi dengan sesamanya.
Dominasi Olah Pikir dalam Pendidikan
Akal budi berperan sebagai pencerna, pengendali dan pembagi informasi ke seluruh tubuh, agar bereaksi "tepat". Akal budi akan menyambung logika, memperkaya pemahaman, menjelaskan sebab akibat, memecahkan masalah, dan sebagainya.Â
Lewat aktivitas belajar, kemampuan akal budi berkembang, pengetahuan diperkaya, hal-hal baru ditemukan. Akal budi memiliki aneka fungsi, yakni:
- Intelek: berfungsi untuk menjaga kesadaran, menganalisa, memahami, berefleksi, berkonsep, memberi alasan, dan berimajinasi.
- Kebebasan: berfungsi untuk mempertimbangkan dan memilih, berhati-hati dan memutuskan.
- Kehendak: berfungsi untuk mengelola kemauan dan mengarahkan energi.
Kontrol atas perilaku dan hidup manusia dijalankan melalui tiga kemampuan ini. Karena peran akal budi sedemikian besar, sehingga seperti menjadi penentu segalanya. Atas peran itu maka otak sering disebut "aku" (kecil).
Sebagian orang hidup dan mendewakan akal budinya, sehingga menganggap akal budi adalah jati dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena ini pun masih dapat kita temukan dalam dunia pedidikan kita saat ini.Â
Bukankah kebanyakan orang tua akan sangat bangga jika anaknya medapat rangking pertama di kelasnya atau mejuarai Olimpiade Matematika tingkat nasional?Â
Padahal anaknya mungkin secara sosial tidak bisa bergaul dengan teman lain, malas mengatur diri atau mungkin emosinya bisa meledak-ledak jika ada hal yang tidak diinginkannya.Â
Bukankah suatu sekolah akan menjadi sekolah favorit jika banyak peserta didik mendapat prestasi akademik? Padahal mungkin saja sekolah tersebut kurang memperhatikan pendidikan karakter siswa.