Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna Terdalam dari Perayaan Kamis Putih

5 April 2023   08:54 Diperbarui: 6 April 2023   03:20 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara pembasuhan kaki pada hari Kamis Putih (Dokumentasi Pribadi)

Umat Katolik mengawali Hari Raya Paskah dengan Perayaan Kamis Putih sebagai pembuka Tri Hari Suci. Perayaan Kamis Putih untuk mengenangkan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya, sebelum Ia ditangkap, menderita dan disalibkan. 

Perjamuan malam terakhir yang dibuat Yesus dan para murid-Nya dalam konteks atau hubungan dengan perjamuan Paskah Yahudi. Perjamuan paskah ini mempunyai nilai yang sangat penting bagi hidup bangsa Israel. 

Mereka merayakan paskah di saat gandum-gandum hampir panen, pada bulan musim semi (Maret-April), karena mereka yakin bahwa pada saat itu bangsa Israel dibebaskan keluar dari Tanah Mesir oleh darah anak domba.

Perjamuan Paskah Yahudi diwarnai dengan makan Roti Tak Beragi dan sayur pahit, serta makan daging anak domba. Tujuan upacara paskah Yahudi ini adalah "memperingati" Karya Allah, sambil bersyukur kepada Allah atas karya-Nya yang Agung itu (Bac. I). 

Demikian, Yesus merayakan perjamuan Paskah. Namun Ia memberikan nilai baru kepada perjamuan Paskah itu, yang menurut Santo Yohanes perjamuan paskah ini adalah Perjamuan "Perpisahan".

Perayaan dibuka dengan upacara Pembasuhan Kaki para rasul oleh Kristus. Pembasuhan kaki bukan hanya tanda pembersihan atau tanda pelayanan dan kerendahan hati, tetapi juga tanda "kasih atau cinta". Pembasuhan kaki adalah tindakan simbolik untuk menyatakan kasih Yesus kepada para murid.

Demi "Kasih-Nya" kepada mereka, Yesus tidak mempedulikan lagi gengsi atau status-Nya sebagai guru yang sangat dihormati. Sikap Yesus ini berlainan sekali dengan manusia dunia ini, yang lebih mementingkan status dan gengsi, sampai-sampai "kasih" yang nyata dalam "menghormati hak-hak dasar manusia" seringkali tidak diperhatikan, malah diinjak-injak.

Meskipun Yesus adalah guru, ia tidak memperlakukan para murid-Nya sebagai hamba, melainkan sebagai sahabat. Sebagai sahabat, Yesus bahkan bersedia menyerahkan nyawa-Nya untuk mereka. 

Lagi-lagi berlainan dengan sikap manusia dunia dewasa ini. Karena itu, harus dipahami perintah Yesus kepada para murid: saling membasuh kaki seperti Yesus membasuh kaki para murid berarti saling mengasihi, menghormati hak-hak dasar manusia, menegakan hukum secara tegas, adil dan konsisten.

Upacara pembasuhan kaki sebagai tanda kasih. Maka sudah seharusnya setiap murid Yesus meneladani Dia dan berbuat sama seperti yang telah Ia perbuat. "Buatlah ini sebagi kenangan akan Daku". Jika Yesus rela berkurban demi kasih, maka setiap murid juga harus "Rela Berkorban" demi kasih. 

Ciri khas murid Yesus adalah saling mengasihi, melayani, dan membantu satu sama lain. Jika ada di antara kita yang tidak mengasihi saudaranya, maka sesungguhnya ia tidak mengenal Allah dan Yesus yang maha kasih.

"Hoc Facite In Meam Commemorationem: Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku". Demikian sabda Yesus dalam konteks perjamuan paskah. Sabda Yesus atas Roti: "Inilah Tubuhku" dan sabda Yesus atas Anggur "Inilah darahku".

Roti secara nyata menjadi Tubuh-Nya; pribadi fisik yang dipandang dalam kerapuhan dan kelemahan-Nya dan dalam kondisi kematian. Ia tunjuk pada kematian pribadi yang diungkapkan dalam roti yang dibagi-bagikan; satu pemberian: "Ia mengambil Roti dan dibagi-bagikan kepada para Murid-Nya."

"Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu". Yesus mau menyerahkan seluruh kemanusiaan-Nya demi keselamatan manusia. Tubuh dan darah yang diserahkan dan ditumpahkan mengungkapkan kematian Kristus, dengan itu Ia membentuk satu hubungan antara manusia dan Tuhan. 

Dalam kematian-Nya Perjanjian Baru dimeterai dan diberi dasar. Singkatnya, kematian Kristus adalah Korban Baru, membentuk Perjanjian Baru, membentuk hukum baru dan membentuk bangsa Baru.

Yesus mau memberi contoh pada komunitas kristen umat beriman, untuk mengambil bagian pada "Perjamuan Persaudaraan", pada "Pemberian Allah" yang hadir dalam rupa roti dan anggur. Dengan demikian mereka disatukan pada Kristus dengan persatuan pribadi dan "mengambil bagian" pada peristiwa penebusan; pada peristiwa pembebasan dari dosa; pada peristiwa perjanjian dengan Allah.

Pada akhirnya Yesus memerintah: "Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku." Yesus perintahkan untuk mengulangi apa yang telah dibuat-Nya. Dan sekaligus apa yang dibuat Yesus menjadi sebuah lembaga atau sakramen, sebuah tindakkan kultus yang harus dibuat para murid dan gereja-Nya. 

"Buatlah ini" adalah sebuah perintah untuk mengulangi sabda Yesus. "Buatlah ini" mengarahkan pada sebuah ungkapan Perayaan/Hari Raya "membuat Paskah", merayakan Pesta Paskah. Merayakan penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus.

 "Kenangan akan Daku" tidak hanya membangkitkan ingatan pribadi atau nostalgia pribadi tetapi "menghadirkan" peristiwa itu. Dengan menghadirkan kejadian itu, dalam hati manusia timbul rasa "syukur". 

Tindakkan kenangan itu secara penuh hadir dalam perayaan Ekaristi, di mana semua dapat mengambil bagian dalam kepenuhan kelak. "Akan Daku": bukan satu kematian, tetapi akan Kristus yang hidup, mati, dan bangkit.

Pada perjamuan malam terakhir, terdapat beberapa aspek dasar: penunjukan perjamuan Paskah; persembahan hidup Yesus, persembahan para murid pada pemberian kristus dan perintah melaksanakan upacara kenangan peristiwa penebusan dalam penantian eskatologis.

"Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku". Demikian perjamuan ini, sebagai satu kenangan akan peristiwaYesus, dirayakan oleh Komunitas Para Rasul sesudah Kristus, komunitas di Korintus (Bac. II) dan juga oleh Gereja. 

Dalam perjamuan Ekaristi, Kristus dan orang-orang Kristen disatukan secara intim dan tak dipisahkan. Mereka yang mengambil bagian dalam perjamuan Tubuh dan Darah Kristus, di sana Kristus hadir dalam pribadi yang hidup.

"Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku". Bagaimana kita mengenang Yesus dalam hidup kita? Bagaimana kita menghadirkan Yesus dalam hidup kita? Dalam cinta kasih. Ubi Caritas et Amor, Deus Ibi Est: Di mana ada kasih dan cinta, di situlah Tuhan hadir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun