Ciri khas murid Yesus adalah saling mengasihi, melayani, dan membantu satu sama lain. Jika ada di antara kita yang tidak mengasihi saudaranya, maka sesungguhnya ia tidak mengenal Allah dan Yesus yang maha kasih.
"Hoc Facite In Meam Commemorationem: Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku". Demikian sabda Yesus dalam konteks perjamuan paskah. Sabda Yesus atas Roti: "Inilah Tubuhku" dan sabda Yesus atas Anggur "Inilah darahku".
Roti secara nyata menjadi Tubuh-Nya; pribadi fisik yang dipandang dalam kerapuhan dan kelemahan-Nya dan dalam kondisi kematian. Ia tunjuk pada kematian pribadi yang diungkapkan dalam roti yang dibagi-bagikan; satu pemberian: "Ia mengambil Roti dan dibagi-bagikan kepada para Murid-Nya."
"Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu". Yesus mau menyerahkan seluruh kemanusiaan-Nya demi keselamatan manusia. Tubuh dan darah yang diserahkan dan ditumpahkan mengungkapkan kematian Kristus, dengan itu Ia membentuk satu hubungan antara manusia dan Tuhan.Â
Dalam kematian-Nya Perjanjian Baru dimeterai dan diberi dasar. Singkatnya, kematian Kristus adalah Korban Baru, membentuk Perjanjian Baru, membentuk hukum baru dan membentuk bangsa Baru.
Yesus mau memberi contoh pada komunitas kristen umat beriman, untuk mengambil bagian pada "Perjamuan Persaudaraan", pada "Pemberian Allah" yang hadir dalam rupa roti dan anggur. Dengan demikian mereka disatukan pada Kristus dengan persatuan pribadi dan "mengambil bagian" pada peristiwa penebusan; pada peristiwa pembebasan dari dosa; pada peristiwa perjanjian dengan Allah.
Pada akhirnya Yesus memerintah: "Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku." Yesus perintahkan untuk mengulangi apa yang telah dibuat-Nya. Dan sekaligus apa yang dibuat Yesus menjadi sebuah lembaga atau sakramen, sebuah tindakkan kultus yang harus dibuat para murid dan gereja-Nya.Â
"Buatlah ini" adalah sebuah perintah untuk mengulangi sabda Yesus. "Buatlah ini" mengarahkan pada sebuah ungkapan Perayaan/Hari Raya "membuat Paskah", merayakan Pesta Paskah. Merayakan penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus.
 "Kenangan akan Daku" tidak hanya membangkitkan ingatan pribadi atau nostalgia pribadi tetapi "menghadirkan" peristiwa itu. Dengan menghadirkan kejadian itu, dalam hati manusia timbul rasa "syukur".Â
Tindakkan kenangan itu secara penuh hadir dalam perayaan Ekaristi, di mana semua dapat mengambil bagian dalam kepenuhan kelak. "Akan Daku": bukan satu kematian, tetapi akan Kristus yang hidup, mati, dan bangkit.
Pada perjamuan malam terakhir, terdapat beberapa aspek dasar: penunjukan perjamuan Paskah; persembahan hidup Yesus, persembahan para murid pada pemberian kristus dan perintah melaksanakan upacara kenangan peristiwa penebusan dalam penantian eskatologis.