Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Tutup Tahun: Waktu Terakhir

26 Desember 2022   19:37 Diperbarui: 27 Desember 2022   05:17 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergantian waktu (Dokumen Pribadi)

 

Tahun 2022 kini semakin dekat ke muara lautan zaman. Di sana ia menjadi satu dengan tahun-tahun yang mendahuluinya. Tahun-tahun itu sudah dan akan pergi. Kadang-kadang manusia lupa, apa yang pernah dipikirkan diwaktu-waktu itu. Kita pasti lupa-lupa ingat apa yang pernah kita buat dan katakan dalam tiap detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan tahun ini. Semuanya telah hanyut dalam kelupaan. Paling-paling yang menonjol masih teringat. Namun sesungguhnya semuanya telah terjadi disaksikan oleh zaman yang tetap beredar.

Bagi Allah sendiri tidak ada satu noda pun dari segalanya yang sudah pernah kita pikirkan, katakan dan lakukan yang hilang dan lenyap. Semuanya segar, semuanya baru dihadapan-Nya. Waktu, tahun dan abad adalah karunia Tuhan. Sekarang kita mau mengembalikan tahun 2022 ini kepada-Nya.

Sekarang kita dimintakan pertanggungjawaban, dan ini harus diisi dalam baris-baris terakhir buku catatan harian kita: apa yang telah kita hasilkan dalam tahun 2022 ini? Kita kembalikan tahun 2022 yang berisi suka dan duka, kegembiraan dan kesedihan, kebaikan dan kejahatan, suatu tahun yang berisi berkat dan susah, damai dan perang, kerukunan dan perselisihan, kehidupan dan kematian, perjumpaan dan perpisahan kepada Allah.

Segalanya kita kembalikan kepada Allah sambil mohon pengampunan karena pasti juga kita telah menodai tahun 2022 dengan dosa dan kesalahan kita terhadap sesama, terhadap Tuhan, dan diri sendiri agar 1 Januari 2023 yang merupakan hari perdamaian dunia dapat kita rayakan dengan sebaik-baiknya dan sambil melambungkan puji dan syukur kita dalam damai Tuhan atas kebaikan-Nya yang telah kita terima selama tahun ini.

Di saat ini  kita berhadapan dengan "apakah kemungkinan tujuan hidup" yang kerap menjadi momok untuk manusia modern sudah tercapai? Waktu yang terakhir: saat manusia dimintai pertanggunganjawabannya atas hidup dan sekaligus meminta keputusan darinya. Karena orang modern lebih cenderung tidak menanyakan "tujuan" terakhir hidupnya dan juga secara langsung tidak menanyakan "hakikatnya". Namun, ia ingin sekali mengetahui kemungkinan-kemungkinan mana yang terpendam dalam hidupnya dan ke mana segalanya itu akan membawa kita semua pada akhirnya.

Apakah kemungkinan-kemungkinan itu telah tercapai? Manusia selalu berbicara tentang kemungkinan di awal tahun. Dalam mencari satu jawaban eksistensial atas pertanyaan-pertanyaan tentang waktu "terakhir", manusia modern sangat tertarik akan "kemungkinan ultim". Mengenai pertanyaan ini, saya yakin semua kita sangat berkepentingan.

Refleksi akhir tahun dalam doa taize (Dokumen Pribadi)
Refleksi akhir tahun dalam doa taize (Dokumen Pribadi)

Manusia, yang di awal tahun suka menggunakan tanda tanya, sekarang, di waktu yang terakhir ini lebih banyak menggunakan tanda seru, bahkan ia  sendiri menjadi tanda seru. Dua tanda tata bahasa ini menyifatkan dua dunia yang sangat berbeda, dunia dahulu dan sekarang. Tanda seru itu meneguhkan, memberi percaya diri, menyuguhkan suatu pemecahan yang tuntas, menyingkapkan setiap pertanyaan serta kesangsian, dan membawa ketenangan jiwa. Dunia manusiawi yang disifatkan tanda seru itu adalah suatu dunia yang mantap, baku, aman, sudah tertentukan, dan tertutup.

Pada waktu terakhir ini, kita lebih berhadapan dengan sebuah "Tanda Seru" akan masa lampau kita; karena semuanya telah terjadi: apakah waktu lampau telah meneguhkan, memberi percaya diri, menyuguhkan suatu pemecahan yang tuntas, menyingkapkan setiap pertanyaan serta kesangsian, dan membawa ketenangan jiwa; telah menciptakan suatu dunia yang mantap, baku, aman, damai, tenteram dan bahagia dalam pelbagai aspeknya?

Karena itu, di waktu yang terakhir ini, sepantasnya kita menyebutnya sebagai  "waktu Anamnetik": "Waktu kenangan". Kenangan yang dimaksudkan di sini, bukan sekedar perjuangan perasaan, tetapi sesuatu yang bermakna refleksi tentang kehidupan; Sebuah kenangan untuk selalu maju dan berjuang. Karena itu apa yang telah kita buat selama setahun ini merupakan tindakan anamnetik. Untuk selanjutnya dapat bersyukur kepada Allah atas segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib.

Waktu adalah rahmat yang asalnya dari Allah. Manusia hidup dalam rangkulan dan genggaman rahmat itu; waktu diberikan Allah agar manusia dapat memanfaatkannya. Waktu dengan demikian adalah salah satu misteri Allah. Apa yang manusia buat dan alami terjadi dalam waktu; Segala sesuatu terjadi selalu dalam waktu, demikian pengkotbah. Waktu yang terbuang sama dengan rahmat yang "terbuang".

Kini adalah waktu yang terakhir, waktu diujung tahun 2022: yang seharusnya menjadi waktu sukacita dan kebahagiaan, waktu damai dan saat kemenangan, waktu penuh syukur. Karena kebahagiaan, kegembiraan, gelak tawa, keberhasilan, kesukaan dan sukses seperti yang dikehendaki dan diharapkan oleh semua orang di awal tahun ini mewarnai kehidupan ini.

Kini kaleidoskop hidup kita kembali diputar, karena "waktu ini adalah waktu yang terakhir". Apakah harapan-harapan itu telah menjadi sebuah kenyataan dalam peredaran waktu? Atau apakah kepedihan, tangisan dan air mata, susah, derita, kegagalan dan kekecewaan telah mewarnai rentang waktu ini?

Ilustrasi suasana refleksi akhir tahun (Dokumen Pribadi)
Ilustrasi suasana refleksi akhir tahun (Dokumen Pribadi)

Seekor ulat merayap maju, maju perlahan. Di seberang jalan ia melihat padang rumput yang segar hijau, yang akan memuaskan rasa laparnya. Namun dihadapannya, terbentang satu jalan raya aspal enam meter lebarnya. Apalagi kaki-kakinya yang kecil dan pendek. Dan mobil-mobil menderu ke sana ke mari, dua puluh dalam satu menit, ribuan dalam satu jam. Bukan hanya truk, tetapi juga taktor, taksi, sepeda motor, dan lain-lain.

Tetapi ia berani merayap maju dengan kaki-kakinya yang kecil dan pendek; ia merayap tanpa tergesa-gesa; tanpa rasa takut; tanpa suatu taktik yang besar. Sementara di jalan itu lewat dua puluh mobil dalam semenit dan ribuan dalam sejam. Tetapi ia merayap maju perlahan-lahan, ia merayap, merayap, dan akhirnya tiba di seberang jalan.

Walaupun dalam kesulitan hidup yang paling sulit, kita tetap maju. Tuhan tidak menghendaki kita berada tetap di tempat, pada status quo. Ia mau kita berjalan dalam waktu, meninggalkan cara hidup yang lama. Biar dengan langkah-langkah kecil. 

Dalam seluruh perjalanan itu, seperti ulat, kita akan berhadapan dengan ribuan mobil hedonisme, ingat diri dan lain sebagainya; kita akan berhadapan dengan setan dan jaringan dosanya yang akan lewat di hadapan kita, bukan hanya dua puluh kali semenit bahkan ribuan kali.

Godaan akan kuasa, harta dan popularitas menderu-deru mencari mangsanya pada diri, keluarga dan masyarakat kita. Namun seperti ulat, kita tidak perlu takut dan cemas. Hendaknya kita tetap maju dan maju. Tuhan akan selalu menyertai kita. Ia adalah Emanuel. Allah besera kita. Di mana dua, tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, aku ada di tengah-tengah mereka. Tuhan menghendaki kita maju bersama dengan yang lain dalam kasih persaudaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun