Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-Hati, Jangan Sampai Iri Hati Melihat Rumput Tetangga Lebih Hijau

15 Oktober 2022   10:25 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:31 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Hakikat manusia adalah ada bersama dengan yang lain, sehingga ia dikenal sebagai homo sociale. Gabriel Marcel, seorang filsuf yang sangat terkenal mendefinisikan eksistensi manusia ini sebagai "esse est co-esse"; ada berarti ada bersama. Hal ini berarti bahwa manusia selalu bergantung pada yang lain. Oleh karena itu manusia harus melihat sesamanya bukan sebagai suatu saingan melainkan sebagai bagian dari dirinya sendiri.

Merebaknya realitas konfliktual yang terjadi akhir-akhir ini merupakan bukti dari lemahnya intensitas kesadaran manusia yang melihat orang lain sebagai suatu saingan dalam hidupnya. Manusia tidak lagi melihat sesamanya sebagai bagian dari hidupnya tetapi lebih melihat kehadiran orang lain sebagai penghalang dari keberadaannya. 

Mungkin dalam hal ini afirmasi eksistensi manusia sebagai "homo homini lupus" dari Thomas Hobbes bisa benar. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut terjadi pula dalam lingkup sosial yang kecil yaitu dalam kehidupan bertetangga. 

Pepatah "melihat rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri" melukiskan kenyataan hidup manusia yang kadang merasa bahwa apa yang dimiliki tetangga lebih baik dari apa yang kita miliki. Hal ini kadang akan menimbulkan ketidakpuasan, perasaan tersaingi dan iri hati.

Iri hati merupakan suatu perasaan kurang senang, ketika satu pihak melihat pihak lain beruntung dalam suatu usaha. Berdasarkan pandangan ini tentu dapat menimbulkan perasaan cemburu, sehingga orang mudah memisahkan relasi dengan sesamanya.

Pada hakikatnya persaingan merupakan suatu hal positif yang dapat mendorong manusia untuk dapat berkembang. Kalau mau hidup sukses, maju dan berhasil orang harus bisa bersaing dengan sesamanya. Hal ini wajar karena persaingan bisa membuat orang mengubah nasib hidupnya ke arah yang lebih baik. Namun persaingan itu dapat juga berdampak negatif apabila terjadi persaingan yang tidak sehat. Dalam kenyataannya persaingan dapat menyebabakan rasa iri hati bagi pihak yang merasa diri disaingi.

Rasa iri hati akan menimbulkan konflik yang pada nantinya akan memisahkan hubungan antara manusia dengan sesamanya. Hadirnya iri hati dalam diri manusia akan dapat menciptakan ketidakdamaian dalam hidup. 

Akibat dari rasa iri hati, manusia dapat melihat sesamanya sebagai musuh yang harus diperangi sebab kehadirannya dianggap sebagai sesuatu yang sangat membahayakan bagi dirinya sendiri.

Iri hati bisa menjadi penyebab pertikaian dalam hidup bersama (tetangga). Iri hati bagaikan penyakit yang mematikan dan memupuskan harapan hidup bersama. Ketenteraman dan keapikan akan tercerai-berai apabila iri hati berkelanjutan pada dendam. Apabila dalam diri seseorang tertanam rasa iri hati maka ia akan terus melihat sesamanya sebagai tandingannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun