Karena itu SALAM menerapkan lingkungan belajar yang merdeka, yaitu belajar di tengah alam bebas. Di dalam lingkungan bebas ini peserta didik akan terpancing untuk menemukan sendiri hal baru yang ia alami.
Sekolah ini pun tidak memiliki guru, namun memiliki fasilitator yang mendampingi siswa dalam berkesperimen dan bereksplorasi dalam pembelajaran. Sekolah memberikan kebebasan para fasilitator untuk mengembangkan dirinya sendiri dalam meningkatkan kinerjanya di luar sekolah.
Di dalam sekolah sendiri, kegiatan supervisi sering dilakukan baik itu dengan koordinator maupun antar sesama fasilitator.
Hal ini selalu dilakukan karena sistem pembelajaran SALAM yang berbasis riset peserta didik, sehingga fasilitator selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya sendiri mengikuti perkembangan riset dari tiap peserta didiknya.
SALAM meyakini, bahwa untuk menyelenggarakan pendidikan tidaklah cukup hanya dilakukan di dalam ruang kelas antara guru dan siswa.
Sekolah ini ingin menciptakan kehidupan belajar yang merdeka dimana seluruh proses pendidikan dibangun atas dasar kebutuhan kolektif, berangkat dari kesepakatan bersama seluruh warga belajar.
Keseruan di Luar Kegiatan KKN
Selama kegiatan KKN di sekolah, kami tinggal bersama di homestay. Pengalaman tinggal bersama di homestay ini cukup pun menarik. Kami berempat belas memiliki latar belakang yang berbeda baik itu suku, kebudayaan, bahasa maupun keyakinan. Ada yang dari Ambon, Maumere, Sumba (NTT), Bima (NTB), Malang, Nangajuk (Jawa Timur), Jakarta, maupun Aceh. Ada yang beragama Islam, Katolik dan Kristen.
Ketika kuliah di kampus, kami berangkat dan kembali ke kos atau rumah masing. Sedangkan selama KKN, kami tinggal bersama. Kami bisa bercangkrama bersama, shering bersama, termasuk belajar dari tradisi kebudayaan masing-masing.
Lebih menarik lagi, ketika pada jam berdoa, kami melakukan sesuai dengan keyakinan kami masing-masing. Dari sini kami juga bisa belajar secara praktis bagaimana hidup berdampingan dan menghormati saudara yang berbeda suku, budaya dan agama.