Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Menelaah Kepemimpinan Ratu Elizabeth II dari Berbagai Pernyataannya yang Inspiratif

9 September 2022   10:19 Diperbarui: 10 September 2022   12:00 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Ratu Elizabeth II menjadikan beliau sebagai seorang pemimpin yang hebat dan bisa menjadi inspirasi bagi banyak pemimpin-pemimpin lain di dunia ini. Ini bukan berarti saya tidak mengakui teori kepemimpinan bahwa pemimpin dengan sifat tertentu dapat menjadi efektif dalam satu situasi tertentu, tetapi tidak efektif dalam situasi lainnya.

Penelitian di Center for Creative Leadership tentang pempimpin yang berhasil atau gagal dalam tugas kepemimpinan memberikan beberapa wawasan menarik tentang sifat dan keterampilan yang menentukan kemajuan pemimpin.

  • Pemimpin yang gagal, kurang mampu menangani tekanan. Mereka akan lebih rentan dalam kemurungan, ledakan kemarahan, dan perilaku tidak konsisten, sehingga merusak hubungan interpersonal mereka dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan.
  • Para pemimpin yang sukses memiliki sifat yang tenang, percaya diri, dan dapat menghadapi suatu krisis dengan bijak.
  • Pemimpin yang gagal lebih cenderung bersikap defensif tentang kelemahan dan kegagalan. Mereka bereaksi dengan mencoba menutupi kesalahan dengan menyalahkan orang lain.
  • Pemimpin yang sukses biasanya akan mengakui kesalahan yang dilakukan, menerima tanggung jawab, dan kemudian mencari solusi untuk memperbaiki kesalahan.

Dalam ulasan kali ini saya mencoba menelaah beberapa pernyataan Ratu Elizabeth II yang disadur dari beberapa sumber, dan menghubungkannya dengan teori sifat kepemimpinan. Dari hasil analisis saya menemukan beberapa aspek kepribadian Ratu Elizabet II yang sungguh inspiratif.

Tingkat Energi dan Toleransi Stres

Beberapa penelitian sifat menemukan bahwa tingkat energi, stamina fisik, dan toleransi stres berhubungan dengan efektivitas kepemimpinan (Bass, 1990; Howard & Bray, 1988).

Pemecahan masalah yang efektif membutuhkan kemampuan untuk tetap tenang dan bertahan fokus pada masalah. Bagi Elizabeth, jika kita memiliki masalah, jangan cepat putus asa dan mengalah, tetapi harus mencari solusi dan berjuang menatap masa depan. 

Ratu Elizabet mengatakan, "Ketika hidup tampak terasa sulit, orang yang berani tidak akan pernah berbaring dan menerima kekalahan; sebaliknya, mereka semakin bertekad untuk berjuang demi masa depan yang lebih baik. Pada masa-masa sulit, jangan tergoda untuk melihat ke belakang dan berkata 'jika saja'. Itu sama saja dengan melihat ke jalan buntu. Lebih baik, kita berjalan menatap ke depan dan berkata 'seandainya'."

Percaya diri

Pemimpin dengan kepercayaan diri tinggi lebih cenderung mencoba tugas-tugas sulit dan untuk menetapkan tujuan yang menantang bagi diri mereka sendiri. Pemimpin yang percaya diri mengambil lebih banyak inisiatif untuk menyelesaikannya masalah dan memperkenalkan perubahan yang diinginkan (Paglis & Green, 2002). 

Ratu Elizabeth II mengatakan, "Saya harus terlihat dipercaya". 

Seorang pemimpin adalah figur yang berdiri barisan paling depan. Apakah jadinya jika seorang pemimpin tidak memiliki sikap percaya diri. Bagi Elizabert, seorang pemimpin yang tidak percaya diri akan menjadi pemimpin yang pengecut. Beliau mengatakan: 

"Seorang pengecut akan goyah, tetapi bahaya sering diatasi oleh mereka yang berani".

Lokus Kontrol Internal

Ciri lain yang tampaknya relevan dengan efektivitas kepemimpinan adalah lokus orientasi kontrol, yang diukur dengan skala kepribadian yang dikembangkan oleh Rotter (1966). Percaya bahwa peristiwa di dalamnya kehidupan lebih ditentukan oleh tindakan mereka sendiri, mereka mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk tindakan mereka sendiri dan untuk kinerja organisasi mereka.

Dalam hal ini Ratu Elizabeth II menekankan pentingnya refleksi untuk kembali ke dalam diri, lalu bergerak keluar. Elizabeth berkata: 

"Kita semua harus memiliki keseimbangan antara aksi dan refleksi. Dengan cara merenung, berdoa, atau menulis refleksi harian, orang akan menemukan kedalaman spiritual yang akan bermanfaat dalam hidup mereka".

Stabilitas Emosional dan Kedewasaan

Seseorang yang matang secara emosional memiliki penyesuaian diri yang baik. Orang yang dewasa secara emosional memiliki kesadaran diri yang lebih tinggi akan kekuatan dan kelemahannya, dan mereka berorientasi pada perbaikan dirinya. Pemimpin yang dewasa dan matang secara emosional akan menyadari bahwa kesuksesan adalah hasil dari sebuah kerja sama.

Maka dalam menjalankan tugas kepemimpinan, pemimpin yang memiliki stabilitas emosional dan kedewasaan akan berupaya melakukan kolaborasi. Ratu Elizabeth II menegaskan: 

"Tidak ada formula tunggal untuk mencapai kesuksesan. Selama bertahun-tahun saya mengamati bahwa beberapa atribut kepemimpinan bersifat universal dan sering kali mengenai cara-cara mendorong orang untuk menggabungkan upaya mereka, bakat mereka, wawasan mereka, antusiasme mereka dan inspirasi mereka untuk bekerja bersama".

Motivasi Kekuasaan

Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa orientasi kekuasaan tersosialisasi lebih cenderung menghasilkan kepemimpinan yang efektif daripada orientasi kekuasaan yang dipersonalisasi (Boyatzis, 1982; House, Spangler, & Woycke, 1991; McClelland & Boyatzis, 1982; McClelland & Burnham, 1976). Model kepemimpinan seseorang, tergantung dari bagaimana motivasi dimiliki seseorang pemimpin.

Dalam menjalankan tugas kempempinannya, Ratu Elizabet II adalah sosok pemimpin yang melayani. Motivasi untuk melayani ini menjadi dasar yang kuat dan tercermin dalam tugas kepemimpinannya.

Dalam pernyataanya, beliau mengunkapkan bahwa dirinya tidak memiliki motivasi untuk berkuasa, melainkan motivasi untuk melayani. Elizabeth II mengatakan hal ini pada upacara penobatannya menjadi Ratu:

"Upacara penobatan ini, bukan merupakan simbol kekuatan dan kemegahan, tetapi dengan Rahmat dan Belas kasih Tuhan, saya berharap dapat memerintah dan melayani Anda sebagai Ratu Anda".

Elizaberth pun menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin harus menghindari motivasi agar mendapatkan penghargaan atau pujian dari banyak orang.

Seorang pemimpin harus menjadi inspirasi bagi semua orang yang melayani dengan penuh ketulusan hati. Semua anggota maupun masyarakat kecil dapat melakukan hal-hal baik untuk kemajuan bersama, sekalipun mungkin itu adalah hal yang kecil dan sederhana. Ratu Elizabeth II menegaskan: 

"Untuk menjadi seseorang yang inspirasional, Anda tidak harus mendapatkan medali. Saya biasanya mendapatkan kekuatan dengan bertemu orang-orang biasa yang melakukan hal-hal luar biasa. Kita tidak bisa menghentikan perang atau melawan ketidakadilan, tetapi ratusan hal-hal kecil tentang kebaikan dapat memberikan efek lebih besar dari yang kita bayangkan".

Berorientasi pada pencapaian

Orientasi pencapaian mencakup seperangkat kebutuhan dan nilai terkait, termasuk kebutuhan prestasi, kemauan untuk memikul tanggung jawab, orientasi kinerja, dan perhatian untuk tugas tujuan. Pemimpin dengan motivasi berprestasi yang cukup tinggi lebih efektif daripada pemimpin dengan motivasi berprestasi rendah, atau pemimpin dengan motivasi berprestasi sangat tinggi. (Boyatzis, 1982).

Walaupun demikian, Ratu Elizabeth selalu menekankan tentang pentingnya kerja sama. Seorang pemimpin tidak dapat berkerja sendirian tanpa didukung oleh bawahan dan rakyat. Ratu Elizabeth II mengatakan 

"Saya tidak tahu satu pun rumus untuk mencapai kesuksesan, tetapi selama pengalaman bertahun-tahun saya mengamati bahwa atribut kepemimpinan bersifat universal. Seorang pemimpin harus bisa memotivasi  orang dalam menggabungkan usaha, talenta dan antusiasme mereka dalam bekerja sama".

Demikian beberapa urain singkat mengenai sifat kepemimpinan Ratu Elizabeth II. Semoga menginspirasi, khususnya bagi para pemimpin kita, dan juga untuk kita semua karena semua orang adalah pemimpin, paling kurang menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun