Namun para pembina atau pendamping asrama diharapkan untuk tidak terlalu keras dan mengontrol semua hal sampai sekecil-kecilnya.
Mereka memang akan kelihatan sangat bertanggungjawab, tetrapi bisa jadi itu bukan tanggung jawab yang asli, melainkan lebih pada rasa ketakutan. Begitu mereka bebas, mereka akan cenderung melakukan semua hal yang dilarang untuk mereka lakukan.
Sebaliknya jika terlalu lunak terhadap aturan, mereka mungkin menjadi malas dan santai, belajar dengan buruk dan menjadi tidak profesional. Maka penting menjaga keseimbangan di antara keduanya.
6. Kontak dengan Realitas
Salah satu aspek formasi kemanusiaan yang sangat penting adalah kontak dengan realitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kontak dengan realitas anak-anak dibangtu untuk lebih mengahargai setiap hal baik yang diterimanya.
Mereka pun harus disadarkan bahwa kehidupan mereka yang layak di asrama, merupakan hasil kerja keras dari banyak pihak, entah itu orangtua maupun para donatur.
Ada kecenderungan beberapa anak trtentu yang merasa tidak memiliki beban dalam tanggungan hidup karena semua fasilitas atau kebutuhan dipenuhi.
Mentalitas ini akan membuat mereka tidak bertanggung jawab. Mereka tidak akan tumbuh dengan baik karena mereka kehilangan kontak dengan realitas dan menjadi tidak bertanggung jawab dan bahkan menuntut dengan tidak masuk akal.
Di sinilah kebutuhan akan eksposur yang memadai ke "kehidupan nyata" selama formasi di asrama. Kontak dengan sesama yang membutuhkan akan menumbuhkan sikap empati, kesadaran dan belas kasih terutama bagi kaum miskin dan terpinggirkan dan nati berimplikasi dalam hidup mereka di tengah masyarakat.
Kontak dengan realitas juga berarti berhubungan dengan orang-orang yang berbeda latar belakang baik agama, bahasa, tempat, atau suku.
Ketika orang muda tumbuh di antara dan dengan orang lain yang berbeda dari mereka, mereka cenderung mengembangkan pikiran yang lebih terbuka, dan tidak terlalu fanatik dan takut pada orang lain ketika mereka besar nanti.