Belakangan ini sekolah berasrama sering menjadi sorotan publik karena terjadinya beberapa kasus yang mencoreng nama baik asrama. Padahal, sejatinya asrama memiliki banyak tujuan positif yang bisa diperoleh untuk pembinaan dan pengembangan diri seseorang.Â
Apalagi asrama-asrama yang berbasis keagamaan seperti pondok pesantren bagi yang beragama muslim, atau seminari bagi yang beragama Katolik, memiliki banyak nilai yang berguna bagi perkembangan hidup seseorang.
Saya sendiri pernah hidup di asrama selama 10 tahun dan akhirnya menjadi pembina asrama selama 5 tahun.Â
Dari pengalaman yang ada, pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa contoh kasus yang baru-baru ini terjadi di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo-Jawa Timur yakni kematian seorang santri karena dianiaya, dan mungkin juga beberapa kasus lainnya merupakan hal yang terjadi karena dilakukan oleh oknum tertentu dan tidak dapat digeneralisasi sebagai kegagalan dari model hidup berasrama.Â
Di sisi lain, terjadinya kasus-kasus seperti ini menjadi bahan evaluasi untuk membuka cakrawala bagi para pengelola atau pembina asrama agar memperbaiki dan menata kembali aspek-aspek pembinaan dalam asrama.
Bagi saya, keseimbangan di antara seluruh aspek pembinaan dalam hidup berasrama menjadi kunci utama keberhasilan pengelolaan sebuah asrama.Â
Hanya menekankan aspek rohani dan mengabaikan pembinaan mental dan karakter anak, adalah suatu ketimpangan.Â
Demikian pula jika hanya menekankan aspek disiplin dalam belajar tetapi mengabaikan pembinaan rohani, adalah bentuk pembinaan dan pengembangan diri anak yang kurang seimbang. Artinya seluruh aspek pembinaan harus dilakukan secara holistik tanpa mengabaikan aspek tertentu.
Berikut ini adalah beberapa aspek pembinaan dan pengembangan diri yang dapat dilakukan untuk diterapkan dalam kehidupan berasrama:
1. Aspek SpiritualÂ
Dalam kehidupan asrama pembinaan spiritual sangat penting. Hal dimaksudkan agar mereka memiliki iman yang teguh dan bertakwa kepada Allah sehingga hal itu pun akan melahirkan pribadi yang baik dalam tingkah lakunya terhadap sesama.Â
Dengan pengolahan hidup rohani seseorang dalam memperdalam imannya. Aspek pembinaan spiritual lebih menekankan pembinaan diri terhadap hubungannya dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan melalui ibadah, doa bersama maupun doa pribadi, refleksi, latihan rohani seperti meditas (merenung), dan discermen.
2. Aspek Komunitas
Asrama adalah komunitas hidup bersama dengan orang lain dari berbagai macam latar belakang kehidupan. Oleh karena itu aspek pembinaan hidup berkomunitas sangat penting untuk diperhatikan.Â
Aspek pembinaan komunitas menekankan bagaimana hubungan seseorang terhadap sesama yang ada dalam komunitas, baik itu para pembina maupun teman-teman.Â
Beberapa contoh kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan hidup berkomunitas antara lain opus atau kerja (misalnya pembagian piket mencuci piring, menyapu, dll), olahraga bersama, rekreasi bersama, dan lain-lain. Dalam kegiatan-kegiatan seperti ini diharapkan dapat menciptakan keakrapan dan rasa persaudaraan dalam hidup bersama.
3. Aspek Kepribadian
Asrama merupakan tempat yang sangat baik untuk pembinaan kepribadian atau karakter seseorang. Dalam hidup berasrama seorang dibimbing untuk menjadi pribadi yang disiplin, beriman, tekun, ulet, mandiri dan lain-lain. Aspek pembinaan ini menekankan bagaimana seseorang dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi banyak orang.Â
Kegiatan pembinaan kepribadian antara lain melalui konferensi (pengarahan bersama), bimbingan pribadi, correctio fraterna (memperbaiki kesalahan secara persaudaraan), dan lain-lain.
4. Aspek Akademik
Asrama yang dimaksudkan di sini adalah tempat tinggal para pelajar, maka aspek intelektual atau akademik ini sangat diperlukan. Penekanan pada aspek ini adalah pembinaan agar seseorang berkembang secara baik dalam hal pengetahuan.Â
Kehidupan asrama yang disiplin biasanya membentuk pribadi yang tekun dalam belajar sehingga berkembang dalam ilmu pengetahuan. Hal yang bisa diterapkan untuk pembinaan aspek akademik antara lain adalah jam baca, jam studi pribadi, diskusi kelompok, dan lain-lain.
5. Aspek SosialÂ
Jika dalam aspek komunitas, yang ditekankan adalah pembinaan hidup baik antara pribadi dengan sesama dalam komunitas, maka yang dimaksudkan dengan aspek sosial adalah bagaimana seseorang dan komunitas asrama memiliki relasi yang baik pula dengan sesama di luar komunitas.Â
Aspek sosial ini menjadi penting untuk menciptakan pribadi yang terbuka dengan sesama yang berada di luar lingkup sendiri.Â
Melalui pembinaan aspek sosial diharapkan dapat menghasilkan pribadi yang tidak eksklusif dan berani membuka diri dengan sesama yang di dalam masyarakat.Â
Hal praktis yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakan kontak sosial, mengunjungi panti sosial, ikut dalam kegiatan RT/RW, live in di rumah warga, dan lain-lain.
6. Aspek Ketrampilan
Aspek ini bertujuan untuk mendidik seseorang menjadi pribadi yang trampil dan mandiri. Asrama tidak menjadi tempat untuk memanjakan diri (semua serba siap).Â
Asrama hendaknya menjadi tempat yang sangat baik dalam mengembangkan segala bakat atau kemampuan yang ada dalam diri seseorang.Â
Kegiatan yang berkaitan dengan aspek pengembangan ketrampilan antara lain adalah dengan latihan kepemimpinan (menjadi ketua), pengembangan bakat menyanyi, literasi, dan lain-lain.
7. Aspek Kesehatan
Hal yang sangat penting dalam hidup berasrama adalah aspek kesehatan. Aspek ini bertujuan untuk membina pribadi seseorang untuk memiliki gaya hidup sehat. Akan terasa timpang jika seseorang dapat memenuhi aspek pembinaan lainnya, tetapi ia tidak memiliki kesehatan yang baik.Â
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kaitan dengan pembinaan aspek kesehatan ini antara lain efektivitas waktu istirahat, olah raga secara teratur, kebersihan pakaian, kamar tidur, WC/KM, pola makan yang sehat, dan lain-lain.
Demikian beberapa aspek pembinaan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sebuah asrama.Â
Sebagai pembina atau pengelola, hendaknya berupaya sedemikian rupa, secara kreatif menjadikan segala kegiatan pembinaan tidak hanya menjadi sebuah aturan kaku yang harus dijalankan, melainkan harus menciptakan kesadaran baru dalam diri setiap pribadi untuk melakukan segala aturan yang lahir dari kedalaman hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H