Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan selalu diupayakan untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien, maka dibutuhkan manajemen sekolah yang baik. Secara konseptual, perencanaan pendidikan merupakan proses yang sangat penting, karena perencenaanlah yang akan menentukan proses manajemen selanjutnya yakni pelaksanaan, evaluasi dan monitoring.
Perencanaan ialah sesuatu proyeksi tentang apa yang wajib dilaksanakan guna menggapai target dan tujuan yang sudah ditetapkan. Perencanaan strategis adalah kegiatan penting untuk memperjelas arah masa depan suatu organisasi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan dasar yang koheren untuk pengambilan keputusan dan menetapkan prioritas dalam meningkatkan kinerja organisasi sekolah (Albon, Iqbal, & Pearson, 2016; Syah, 2013).
Perencanaan strategis dapat dianggap sebagai proses identifikasi bisnis perusahaan untuk hari ini dan masa depan, dan mengidentifikasi arah tindakan untuk mengejar, mengingat peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahannya (Dessler, 2004). Dalam perencanaan strategis, tujuan jangka panjang dan pendek ditetapkan. Sekolah harus mengidentifikasi tujuan ini sehingga mereka dapat bertahan dan bersaing. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Resvani dan Branch (2011) bahwa organisasi sangat kompleks sehingga tanpa perencanaan jangka pendek hingga jangka panjang secara rinci, mereka tidak dapat bertahan hidup.
Dalam mengembangkan sistem pendidikan, di mana pun sekolah berada, bagian dari perencanaan sangat penting. Perencanaan strategis atau segala bentuk perencanaan dalam pendidikan penting untuk mengembangkan sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan (Lingam et al., 2014).
Analisis SWOT dan Menyusun Matriks IFAS & EFAS
Dalam perencanaan strategis, analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan. Lingkungan eksternal memiliki keterkaitan yang tidak erat dengan berbagai variabel yang tersedia di luar batas unit sekolah. Di sisi lain, lingkungan internal terkait dengan organisasi, fungsi, perilaku dan efektivitas. Semua faktor spesifik ini berada dalam batas sekolah (Ramadona, 2018).
Perencanaan strategis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sekolah yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi efektivitas perencanaan dan implementasi proyek dan memahami sumber keunggulan kompetitif (Barney, 1995; Balamuralikrishna & Dugger, 1995; David, 1997; Sabbaghi & Vaidyanathan, 2004). Selain itu juga, perlu dilakukan menyusun matriks IFAS dan EFAS untuk menentukan posisi kuadran SWOT untuk menentukan posisi potensial sekolah (Orr, 2013; Tsiakkiros & Pashiardis, 2002).
Untuk tujuan menyusun matriks ini, pembobotan dan penilaian dilakukan. Dalam langkah ini, penentuan pembobotan dan pengaturan skor dilakukan melalui wawancara dengan informan penelitian. Selanjutnya, Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks IFAS dan EFAS adalah; 1) membuat daftar faktor internal dan eksternal sebagai hasil pengumpulan data, 2) melakukan pembobotan dengan metode perbandingan sehingga bobot total sama, 3) memberikan peringkat atau skor 1-5 antara setiap faktor di mana 1 berarti sangat lemah, 2 berarti tidak begitu lemah, 3 berarti cukup, 4 berarti kuat dan 5 sangat kuat dengan mengacu pada kondisi sekolah, 4) mengalikan bobot dengan peringkat setiap faktor untuk menentukan skor, dan 5) menambahkan semua skor untuk mendapatkan skor poin untuk objek yang dinilai. Bobot dan peringkat ini ditentukan melalui diskusi dengan informan penelitian dan diskusi kelompok.
Beberapa Trik Pengembangan Sekolah
Inti dari keberhasilan implementasi rencana strategis adalah kepemimpinan, komitmen, kepemilikan, dan akuntabilitas, kepercayaan pada rencana, komunikasi, pemantauan kemajuan, pujian dan pengakuan, dan kesabaran.
Untuk menghindari kegagalan, informasi harus dikumpulkan dari semua pemangku kepentingan, peran dan tanggung jawab harus didefinisikan dengan jelas, harapan harus dikomunikasikan, kepentingan harus dijaga dalam proses dan kemajuan dan proses harus terus dipantau. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai pemimpin yang memiliki peran penting karena prinsip yang benar sebagaimana dijelaskan oleh Virgana (2018) harus kompeten dalam menyusun rencana pembangunan sekolah yang sistematis sebagai koordinasi seluruh program sekolah baik secara vertikal maupun horizontal.