Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Monolog: Di Luar Jangkauan

7 Agustus 2022   09:16 Diperbarui: 7 Agustus 2022   09:18 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi monolog (Dokpri)

(Sebuah monolog singkat dengan tema PEMILU)

(kaget)

Lho.... Ternyata aku masih di sini? ....Rupanya buku ini yang membuatku tetap terpaku di sini.

Tapi....."benarkah demikian?".... "Apa iya?"..... "iya, ya"

Ah.... Bentar...bentar

(masuk kamar, melelempar buku ke atas meja......tidur)

"Tapi..Benar juga?"..... "Apa iya"

Ah......Namanya saja filsafat. Kadang hanya mau membingungkan orang. Abstrak dan penuh rahasia. Filsafat hanya ingin memanipulasi pikiran sederhana, mengungkapkan ide-ide sederhana, dalam terminology yang kelihatan hebat, bombastik dan sukar. Filsafat tidak memiliki nilai dalam kehidupan praktis, hanya menekankan konsep dan teori, pemutarbalikan sistematis dari semua pandangan dan pikiran sederhana dan biasa. Dan................lho,lhooooo. Aku kan pernah belajar filsafat, malah sekarang menjelek-jelekan filsafat ya.

Wah...aku teringat. Dulu dosen saya sudah pernah mengingatkan:

(ganti peran sebagai dosen)

"Kamu jangan hanya belajar filsafat, tetapi harus berfilsafat. Filsafat sebagai ilmu dipelajari dengan tujuan untuk mencapai kebenaran, namun kebenaran ini harus mengarah pada perwujudan diri kita sebagai manusia. Hanya dengan demikian hakikat filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan, terwujud. Dan anda akan terhidar dari prasangka buruk tentang filsafat yang abstrak dan sesat".

Apa maksudnya? Aku tak tahu,....tapi justru itu aku sudah berfilsafat, karena filsafat adalah sebuah pertanyaan dan bukan tanda seru...

Aku tahu bahwa aku tidak tahu.

(ganti peran sebagai mahasiswa)

Wah....fokus....fokus..

"politik adalah untuk menindas orang lain", 

(berangkat mendekati meja, buka buku terburu-buru menemukan kalimat itu"

"Ya, ya.....menurut Karl Marx kekuasaan politik adalah kekuasaan yang terorganisasi untuk menindas orang lain".

(hening sejenak....)

"Kok pandangannya sangat negatif terhadap politik, Bukankah politik itu justru ingin memperjuangkan kesejahteraan bersama. Mengapa politik lebih diidentikan dengan sesuatu yang kotor dan keji?"

"Marx salah....... Tapi, benarkah Marx salah?"

(hening)


"Program saya adalah memperjuangkan nasib orang miskin dengan meningkatkan ekonomi rakyat, membuka lapangan pekerjaan sehingga tidak ada pengangguran, membela hak petani dan pengusaha kecil dan menengah. Keadilan dan kebenaran, mesti ditegakan. Dan yang paling penting, KKN harus diberantas karena jika seseorang terlibat KKN, sebenarnya ia menindas rakyatnya sendiri. Rakyat yang seharusnya hidup sejahtera, dirampas haknya oleh mereka yang tidak bermoral, mencuri uang rakyat".

Iya..... masih teringat jelas dalam benakku, inilah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut ayah, pada hari terakhir masa kampanye.

Waktu itu kebetulan liburan semester, sehingga saya turut hadir menyaksikan kampaye akbar itu. Aku bangga punya seorang ayah yang memiliki visi-misi yang mulia. Pantas saja, ayah akhirnya terpilih menjadi DPR.  Dan aku anak DPR....hahahhah. Iya...saat aku kecil, waktu ayahku jadi guru, aku dipanggil anak guru. Seandainya aku di kampung, tinggal bersama ayah, pasti aku dipanggil anak DPR. Tapi sekarang aku harus tinggal terpisah dengan keluarga. Harus kuliah, harus tinggal di kos. Dan semua teman tidak tahu bahwa saya anak DPR, justru dipanggil anak kos. Lagian, bagi  saya tidak penting dipanggil anak DPR.

***

Harapannku ayah bisa menjadi wakil rakyat yang baik. Dulu ia telah menjadi seorang guru yang baik, dan sekarang ia coba terjun ke dunia politik. Muda-mudahan saja ia bisa membuktikan bahwa pendapat Marx itu salah..... iya, paling kurang tidak sepenuhnya pendapat Marx itu benar, karena tidak semua orang menggunakan kekuasaan politik untuk menindas orang lain".

(hela nafas)

"Lho...aku jadi teringat ayah......Coba, ta hubungi ayah....  Sebagai seorang anak, tidak salah saya mengingatkan orang tua... Saya hanya ingin berpesan, ayah jangan korupsi....ingat janji ayah saat kampenya dulu"

(coba kontak HP tapi tidak bisa)

"Iya... di luar jangkauan...Pasti lagi sibuk, terjun ke daerah yang sulit sinyal..."

"Iya sudah.... Aku tidur... Semoga ayah menjadi wakil rakyat yang baik...... Amin...amin...amin".

(merebahkan badan, tidur)

Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun