(hening)
"Program saya adalah memperjuangkan nasib orang miskin dengan meningkatkan ekonomi rakyat, membuka lapangan pekerjaan sehingga tidak ada pengangguran, membela hak petani dan pengusaha kecil dan menengah. Keadilan dan kebenaran, mesti ditegakan. Dan yang paling penting, KKN harus diberantas karena jika seseorang terlibat KKN, sebenarnya ia menindas rakyatnya sendiri. Rakyat yang seharusnya hidup sejahtera, dirampas haknya oleh mereka yang tidak bermoral, mencuri uang rakyat".
Iya..... masih teringat jelas dalam benakku, inilah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut ayah, pada hari terakhir masa kampanye.
Waktu itu kebetulan liburan semester, sehingga saya turut hadir menyaksikan kampaye akbar itu. Aku bangga punya seorang ayah yang memiliki visi-misi yang mulia. Pantas saja, ayah akhirnya terpilih menjadi DPR.  Dan aku anak DPR....hahahhah. Iya...saat aku kecil, waktu ayahku jadi guru, aku dipanggil anak guru. Seandainya aku di kampung, tinggal bersama ayah, pasti aku dipanggil anak DPR. Tapi sekarang aku harus tinggal terpisah dengan keluarga. Harus kuliah, harus tinggal di kos. Dan semua teman tidak tahu bahwa saya anak DPR, justru dipanggil anak kos. Lagian, bagi  saya tidak penting dipanggil anak DPR.
***
Harapannku ayah bisa menjadi wakil rakyat yang baik. Dulu ia telah menjadi seorang guru yang baik, dan sekarang ia coba terjun ke dunia politik. Muda-mudahan saja ia bisa membuktikan bahwa pendapat Marx itu salah..... iya, paling kurang tidak sepenuhnya pendapat Marx itu benar, karena tidak semua orang menggunakan kekuasaan politik untuk menindas orang lain".
(hela nafas)
"Lho...aku jadi teringat ayah......Coba, ta hubungi ayah.... Â Sebagai seorang anak, tidak salah saya mengingatkan orang tua... Saya hanya ingin berpesan, ayah jangan korupsi....ingat janji ayah saat kampenya dulu"
(coba kontak HP tapi tidak bisa)
"Iya... di luar jangkauan...Pasti lagi sibuk, terjun ke daerah yang sulit sinyal..."
"Iya sudah.... Aku tidur... Semoga ayah menjadi wakil rakyat yang baik...... Amin...amin...amin".