Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Prank" pada Peserta Didik untuk Menerapkan Prinsip "Non scholae, sed vitae discimus"

16 Juni 2022   11:04 Diperbarui: 18 Juni 2022   07:04 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengadakan ulangan yang tidak dijadwalkan sebelumnya, dengan sendirinya mengajak para peserta didik untuk selalu dalam keadaan siap. Sikap berjaga-jaga (vigilantia) terus digemakan pada para peserta didik sehingga jika terjadi ulangan secara tiba-tiba maka mereka pun sudah dalam keadaan siap. 

Jika kita berpikir lebih jauh, maka sebenarnya ujian hidup yang dialami seseorang, tidak pernah dijadwalkan sebelumnya. Hanya orang yang dalam keadaan siap sedia, yang bisa menghadapi ujian hidup dengan baik.

Kedua: tidak memberikan nilai setelah mengadakan ulangan atau tes

Kembali pada prinsip umum yang sebenarnya salah bahwa belajar dan mengikuti ulangan atau ujian dilakukan hanya untuk mendapatkan nilai. Ketika mengetahui akan ada ulangan atau ujian, ada yang belajar menggunakan Sistem Kebut Semalam (SKS), atau menggunakan sistem hafalan dan lain-lain. 

Setelah ujian dan sudah mendapatkan nilai, maka apa yang dihafalkan atau yang hanya dipersiapkan beberapa waktu sebelumnya, kadang hilang begitu saja. Namun bagi mereka, itu tidak masalah karena yang terpenting nilai sudah dicatat oleh guru atau dosen. Lagi-lagi, prinsipnya yang penting dapat nilai.

Untuk menghilangkan stigma ini maka kadang saya tidak sengaja tidak memberikan nilai setelah mengadakan suatu ulangan. Namanya "prank" maka hal ini tidak akan diketahui sebelumnya dan tidak dilakukan sesering mungkin. Praktisnya, seperti ulangan pada umumnya, para peserta didik diberikan soal dan mereka menjawab soal-soal tersebut sebagaimana lazimnya mengadakan ulangan.

Mereka akan mengerjakan dengan serius dan berusaha menjawab soal-soal itu dengan baik supaya mendapat nilai yang tinggi. Namun setelah selesai ulangan sesuai dengan durasi waktu yang sudah ditentukan, maka saya menyampaikan bahwa hasil pekerjaan tersebut tidak perlu dikumpulkan dan diambil nilai. Saya mempersilakan para peserta didik untuk mengukur sendiri sejauh mana pemahamannya terhadap suatu materi yang diujikan. Siswa bisa membandingkannya dengan hasil pekerjaan teman lain.

Ilustrasi (Foto: Dokpri)
Ilustrasi (Foto: Dokpri)

Itulah beberapa "prank" yang pernah saya lakukan untuk mengajak para peserta didik menyadari bahwa sekolah atau belajar pertama-tama bukan untuk mengejar nilai yang tinggi melaikan untuk menyiapkan hidup masa depan yang baik. Tentunya jadwal ulangan atau ujian yang sudah ditetapkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun