Menurut Levinas tanggung jawab itu muncul secara tiba-tiba. Ketika tanggung jawab itu muncul dalam diriku maka, tanggung jawab itu berubah menjadi utang budi. Dengan demikian ada suatu hubungan antara saya yang bebas untuk membantu dia dengan saya yang merasa tertuduh. Yang dimaksudkan Levinas mengapa ada hubungan antara saya yang bebas dengan saya yang tertuduh adalah karena saya bertanggungjawab bukan karena dia menderita tetapi penderitaannya yang menyapa saya. Berarti penderitaannya memunculkan inisiatif saya.
Keempat:Â Levinas menjelaskan tanggung jawab "untuk" dengan memberikan sebuah contoh upacara silih dosa.Â
Dalam tradisi itu mereka menaruh dosa-dosa pada lembu jantan, kemudian lembu itu dilepaskan ke padang gurun. Dalam hal ini Levinas ingin menjelaskan tentang tema kebaikan yang ternyata menjadi kondisi paling dasar dari eksistensi manusia. Substitusi sekaligus menjadi sebuah penebusan untuk orang lain; saya menebus orang lain itu karena saya menanggung dia dengan segala apa yang ada padanya, termasuk dosa-dosanya. Di sini Levinas mengangkat kembali apa yang telah digagasan oleh Plato tentang kebaikan. Dengan ini Levinas berharap bahwa semua orang harus melakukan tindakan tanggungjawab ini demi sebuah kebaikan.Â
Catatan AkhirÂ
Yang lain yang hadir dalam penampakkan wajah adalah janda, yatim piatu dan orang asing. Inilah ketelanjangan yang lain. Dalam ketelanjangannya yang lain terus mengganggu aku dengan teriakannya; "engkau tidak boleh membunuh aku, engkau harus memberi aku tumpangan". Karena teriakannya ini, yang lain mengganggu sekaligus menggugat aku. Aku ada sebagai pihak yang tergugat. Kekuatan wajah itu justru dalam ketelanjangannya.Â
Ketelanjangannya membawa pesan damai dan bukan kekerasan. Ketelanjangannya adalah penderitaannya. Dengan menggugat saya, namun dia tidak mengurangi kebebasan saya, dan tetap terbukalah jalan buat kebaikan hati dari pihak saya sendiri yang muncul dari kebebasan dan inisiatif saya sendiri untuk menjawab. Dalam ketergugatan itu aku dituntut untuk membuka hatiku kepadanya. Di sini aku hadir sebagai "aku yang tergugat." Aku tergugat karena dia yang lain itu hadir dalam ketelanjangannya.
Referensi:
Feliks Baghi, Filsafat Levinas dalam Totality and Infinity (Skripsi), (Maumere: Ledalero, 1993), p. 63.
Adriaan T. Peperzek Ethics as First Philosophy the Significance of Emmanuel Levinas for Philosophy, Literature and Religion (New York and London: Routledge,1995), p 43-44.
Frans Magnis-Suseno, Etika Abad Kedua Puluh, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), p. 103. Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI