Kamis, 26 Mei 2022 Gereja merayakan Hari Raya kenaikan Yesus Kristus (Isa Almasih) ke surga. Selama empat puluh hari sesudah kebangkitan-Nya, Yesus hidup dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Galilea.Â
Sementara itu dalam kurun waktu sekian lama para murid dicekam oleh ketakutan. Di tengah situasi itu, Yesus sering tampil menampakkan diri sebagai pribadi penghalau rasa takut. Selama 40 hari itu, perlahan-lahan Yesus membawa para murid-Nya kepada situasi pengharapan.
Namun di saat terakhir, mereka harus berhadapan dengan situasi lain. Mereka harus berpisah dengan Yesus, sebagai seorang pribadi yang telah menguatkan mereka. Dalam keadaan demikian Yesus Kristus menjanjikan Roh Kudus yang akan menyatakan kepada mereka segala sesuatu yang telah Yesus katakan kepada mereka.
Perpisahan merupakan suatu tahap yang harus dilewati dalam hidup setiap orang. Kita pasti pernah mengalami sebuah perpisahan. Bahkan bukan hanya sekali saja manusia harus mengalami perpisahan; hidup manusia terdiri dari rangkaian pertemuan dan perpisahan. Tentu saja tidak semuanya sama. Kadar ketegangan pun tidak sama. Sedihnya tidak sama dan manfaatnya pun tidak selalu sama.
Peristiwa perisahan juga dialami oleh Yesus dan para murid-Nya. Yesus Kristus harus keluar dan berpisah dari kelompoknya sendiri. Tahap ini mau tidak mau harus mereka lewati. Karena di dalamnya termaknai sebuah keterlepasan yang lebih berdimensi Ilahi. Betapa tidak, janji-janji yang telah Yesus berikan baru dapat dipenuhi melalui sebuah perpisahan dan keterlepasan manusiawi itu.
Perpisahan para murid Yesus bersama Gurunya justru membawa sukacita dalam harapan baru. Kerisauan berubah menjadi harapan, penuh sukacita. Perpisahan yang dialami para murid bukan perpisahan biasa tetapi perpisahan dalam konteks misteri paskah (gembira); Perpisahan itu membawa sukacinta dalam pengharapan teguh. Perpisahan itu membuat mereka lebih melihat arti perutusan mereka.
Ketika Yesus diangkat ke surga, Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Ini mau menunjukkan bahwa inti dari kenaikan Tuhan adalah perpisahan yang meninggalkan berkat dan rasa sukacita. Tangan yang terangkat, awan yang menutupi melambangkan perpisahan sekaligus janji kelangsungan berkat penyertaan.
Selanjutnya para murid tidak perlu tetap terpaku memandang kelangit: ada waktu kenaikan ke surga, dan ada waktu kedatangan kembali dari surga pada akhir zaman. Di antara dua sisi ini para murid harus melaksanakan pesan Yesus melalui tugas perutusan.
Kepergian dengan berkat dan jaminan Yesus harus disambut dengan sukacita. Yang harus dipikirkan ialah persiapan diri para murid: "Menunggu di Yerusalem" untuk datangnya kurnia dan turunnya kuasa, jika Roh utusan Bapa dan Putera datang kepada mereka.
Dalam kurun waktu antara perpisahan dan kedatangan kembali para rasul harus mempersiapkan diri, untuk menyongsong kedatangan utusan Allah dan Putera. Umat diharapkan menghayati arti perisahan di atas dan selalu siap menyongsong kedatangan Roh Kudus, agar tugas perutusan yang juga Yesus berikan dapat dilaksanakan dengan baik.
Baca juga: Kasih: Buah Utama dari Pantang dan Puasa
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!