Menutup pembahasan ini, penulis ingin mengutip sebuah puisi dari F. Nietzsche yang ia tulis ketika berumur 20 tahun berjudul: "Aku  ingin mengenalmu, Yang Tak Dikenal".
"Kau merebut kedalaman jiwaku            Â
Kau yang menghempas hidupku seperti badai
Kau yang tak bisa ditangkap, kau yang seluhur denganku
Aku ingin mengenalmu, bahkan melayanimu".
Adorasi ini menyiratkan sebuah pengalaman yang melampaui rasionalitas sebagaimana yang diisyaratkan oleh Descartes. Justru sikap merelatifkan segala sesuatu menjadi kancah terbaik di mana pengakuan akan kebenaran lain mendapat tempat yang layak dalam proses dialektika. Walaupun demikian, kita patut mengapresiasi pemikiran Descartes di mana dengannya kemerdekaan berpikir dapat terwujud dengan baik.
Daftar Rujukan
Baghi, Felix. Alteritas, Pengakuan, Hospitalitas, Persahabatan. (Etika Politik dan Postmodernisme). Maumere: Ledalero, 2012.
Budi Hardiman, F. Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Â 2007.
Copleston,  Frederick  A History of Philosophy,vol. IV . Burns and Oates LTD: London, 1965.
Majalah TEMPO 28 Maret 2010.
Petrus L. Simon Tjahjadi. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan, dari Descartes Sampai Whitehead. Yogyakarta: Kanisius, Â 2007.
Santosa, Akhmad. Nietzsche Sudah Mati. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI