Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membincangkan Eksistensi Manusia dan Allah dalam Terang Pemikiran Rene Descartes

19 Maret 2022   10:40 Diperbarui: 19 Maret 2022   10:46 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pendahuluan

Sejarah pemikiran manusia mengindikasikan adanya distans yang signifikan. Jika pada filsafat Zaman Klasik, orang memiliki kecenderungan untuk mempertanyakan dan menemukan prinsip-prinsip pertama universalitas, dan filsafat Zaman Pertengahan (disebut juga dengan Skolatisisme) di mana kecenderungan manusia dalam menempatkan Allah sebagai pusat dari universalitas (teosentrisme), maka pada filsafat Zaman Modern, ditandai oleh tumbuhnya kesadaran manusia pada minatnya dalam persoalan genetik dan historitas manusia (antroposentris). Dengan kata lain, manusia lebih serius membincangkan pembentukkan subjektivitas dan kesadaran akan diri dan dunia di luar diri.

Diskursus tentang filsafat Modern atau yang lebih dikenal dengan era kebangkitan rasionalisme, mustahil dipisahkan dari pegulatan intelektual filsuf Ren Descartes.  Filsuf yang disebut-sebut sebagai "Bapak filsafat modern" ini mengagas sebuah konsep tentang subjektivitas yang sering diabaikan dalam filsafat pada masa itu khususnya zaman skolastik. Dominasi mutlak wahyu, tradisi, dan kitab suci (tradisi kekristenan) pada zaman skolastik berakibat pada tereliminasinya otonomi subjek. Akibatnya, manusia tergantung penuh pada aneka konsep teologis yang dianggap sakral di samping semakin lenyapnya daya kreativitas dari masing-masing individu.

Dalam tulisan ini, akan dijelaskan ide dasar dari Ren Descartes tentang eksistensi manusia dan Allah sehubungannya dengan metode kesangsian yang selanjutnya membuat tesis Descartes tetap relevan hingga saat ini. Selain itu juga, akan dipaparkan beberapa kritik terhadap gagasannya baik dari filsuf-filsuf pada masa itu maupun pada zaman postmodensime.

Karakteristik  Filsafat Modern Rene Descartes

Ren Descartes hidup dalam sebuah masyarakat yang berciri aristokrat yakni memberi tempat utama kepada elite bangsawan. Minat elite ini adalah pada masalah metafisika Skolastik sementara itu di kalangan yang sama mulai tumbuh mint-minat lain. Descartes dari kalangan borjouis malah mengambil jalan lain dalam pemikirannya yang selanjutnya dianggap menyimpang dan sesat oleh para teolog Katolik.

 Mengenal Rene Descartes

Ren Descartes lahir pada 31 Maret 1956 di Touraine. Pada tahun 1604 masuk kolese Yesuit College Royal di La Fleche dan mulai memperdalami ilmu retorika, bahasa Latin, matematika, dan fisika modern. Pada tahun 1615 belajar matematika di Paris dan menetap di sana sampai tahun 1925 sebelumnya ke Swiss, Polandia, dan Italia.Kemudian ia pindah ke Belanda (1635) dan di sana mendapatkan seorang putri dari kekasihnya. Sayang, puterinya meninggal dalam usia lima tahun. Pergulatan intelektualnya mulai menanjak ketika ia menulis beberapa buah buku antara lain: Discours de la Methode(1637), Meditationes de prima Philosophia (1641) yang memuat hasil debatnya dengan Gaasendi, Hobbes, dan Mersenne, Principia Philisophiae ( 1644). Descartes meninggal pada tahun 1650 di kota Stockholm.

Garis Besar Pemikiran Rene Descartes

Beberapa hal fundamental yang digeluti oleh Descartes dalam gagasannya. Filsafatnya berawal dari suatu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai basis untuk melakukan refleksi filosofis. Dari sinilah, ia kemudian menjalankan apa yang disebut sebagai sebuah sikap keragu-raguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun