Di antara kelima kandidat ketua ILUNI, Gandjar merupakan kandidat termuda. Pria kelahiran Pekalongan, 9 Februari 1971 yang akrab disapa bang Gandjar ini saat warming up party datang mengenakan training dan helm sepeda di tangan setelah menempuh perjalanan dengan menggunakan sepeda dari kampus UI menuju pondok indah.
Gandjar yang berprofesi sebagai dosen di FH UI dan pengacara, sosoknya yang karismatik menyimpan segudang mimpi untuk ILUNI kelak. Visi seorang Gandjar untuk ILUNI adalah agar kelak ILUNI dapat menjadi organisasi yang mampu menjadi mitra pengembangan universitas.
Chudry Sitompul, S.H., M.H.
Sama halnya dengan Gandjar Laksmana, Chaudry Sitompul merupakan salah seorang kandidat Ketua ILUNI yang berprofesi sebagai dosen di FHUI. Chudry lahir di Jakarta, 12 Desember 1955 dan merupakan alumni FH UI dari angkatan 1986.
Sama halnya dengan kandidat lainnya Chudry pun memiliki keinginan untuk memajukan ILUNI FHUI sebagai atu organisasi kealumnian yang memiliki sekretariat jelas dan bergerak sebagai penghubung antar alumni kelak.
Setiap calon masing-masing diberi waktu lima menit untuk melakukan kampanyenya. Bapak Dasman memperoleh kesempatan pertama untuk melakukan kampanye. Ini adalah kali kedua bagi beliau mencalonkan diri sebagai calon Ketua ILUNI FHUI. Beliau mengungkapkan visinya bahwa beliau ingin memangkas birokrasi dan menginginkan ILUNI FHUI memiliki kejujuran.
Dalam kampanyenya, bapak Dasman mengatakan bahwa Beliau adalah seorang penulis buku, Beliau juga memperlihatkan sebuah majalah yang bernama FAHUM (Fakta Hukum) yang dibuatnya bekerja sama dengan Mabes POLRI.
Selanjutnya semua bakal calon memaparkan semua visi dan misinya. Akhirnya ketika acara pemungutan suara, Chandra Motik yang menjadi satu-satunya kandidat perempuan dalam pencalonan, terpilih sebagai ketua.
Setiap tahun Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) selalu memperingati Dies Natalis (Memperingati Hari Lahir). Tahun 2019 ini memasuki tahun ke-95 hari lahir FHUI. Hari lahir FHUI tidak dapat dilepaskan dari hari lahir Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia di masa Hindia Belanda, yang dulu namanya Rechtshogeschool atau Facultiet der Rechtsgeleerdheid, yang dibuka pada tanggal 28 Oktober 1924.
Jadi mendahului Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Pada waktu itu diresmikan oleh Gubernur Jenderal D.Fockt di Balai Sidang Museum van hey Bataviasche Vennootschap van kunsten en wetenschappen di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Seorang Guru Besar Belanda Prof.Mr.Paul Scholten ditunjuk memimpin Sekolah Tinggi Hukum ini.
Sekolah Tinggi Hukum merupakan kelanjutan sekolah hukum yang pertama di Indonesia yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1909. Sekolah ini bernama Rechtsschool dan ditempatkan di Batavia. Setelah Sekolah Tinggi Hukum diresmikan, maka pada tanggal 18 Mei 1928 Sekolah Hukum itu ditutup.