Sejarawan dan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Asvi Warman Adam ketika menjadi pembicara sehubungan dengan diskusi buku : " Catatan BM Diah " (Editor Dasman Djamaluddin: Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018) mengusulkan juga agar B.M.Diah dan Herawati Diah patut menjadi Pahlawan Nasional.
Sejak lahirnya Harian "Merdeka," 1 Oktober 1945 yang kemudian berkembang melahirkan "Mingguan Merdeka," Harian Indonesian Observer," Majalah "Keluarga" dan Majalah "Topik," dan dikenal dengan Grup Merdeka, B.M.Diah selalu bekerja sama dengan istrinya Herawati Diah.
Mereka menikah pada tanggal 18 Agustus 1942. Pada waktu itu hadir Bung Karno dan Bung Hatta. Kehadiran tokoh proklamasi ini karena diundang paman istri B.M.Diah, yaitu Mr. Soebardjo.
Ketiga orang ini kemudian terlibat membuat konsep teks Proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta.
Sedikit berbicara tentang buku : "Catatan BM Diah" ini setebal 404 halaman tersebut, kita dibawa ke masa sebelum Proklamasi, di mana B M. Diah sebagai anak muda mendirikan "Angkatan Baru '45," yang kemudian membawa Bung Karno-Hatta ke Rengasdengklok mengultimatum agar bangsa Indonesia harus merdeka sekarang juga. Dari Rengasdengklok dibawa ke rumah Maeda, pada 16 Agustus 1945 malam di bulan Ramadhan. Besoknya, 17 Agustus 1945, diproklamirkanlah kemerdekaan bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI