Jenderal Korbaghi yang menjabat sebagai pemimpin tertinggi angkata bersenjata pun datang kepada Khomeini dan menyerah atas semua yang telah terjadi. Ia menyatakan takluknya militer kepada Khomeini setelah selama ini menghadapi perlawanan di jalan-jalan Teheran dan di seluruh kota Iran lainnya. Militer pun kembali ke pangkalan mereka atas perintah komandan tertinggi mereka. Khomeini lantas mengumumkan lahirnya 'Republik Islam Iran', dan dengan begitu berakhirlah orde Shah dan mulailah orde Syi'ah.[8]
Di hari-hari pertama pasca berhasilnya revolusi, Khomeini belum menunjukkan ambisi terpendamnya untuk menguasai negara beserta rakyatnya. Ia justeru mengangkat Ir. Bazarkan sebagai PM dan memberinya kebebasan untuk memilih menteri-menterinya kecuali tiga orang, yaitu Ibrahim Yazdi (warga negara AS), Jumran, dan Shadiq Thabathaba-i.
Khomeini lantas kembali ke Qumm untuk bersua dengan massa selaku pemimpin revolusi. Ia menyampaikan khutbah-khutbah hariannya setiap ada massa yang berkumpul. Akan tetapi di saat yang sama, kelompoknya menguasai empat badan terpenting, yaitu: Tentara Revolusi, Lajnah Revolusi, Mahkamah Revolusi, dan Stasiun Radio serta Televisi.
Ada pendapat yang sulit disatukan antara Islam Syiah di Iran dengan Sunni di Arab Saudi, yaitu "Kalau di Mekkah telah diizinkan untuk membangun Huseiniyyah, maka barulah di Teheran boleh didirikan mesjid Ahlussunnah. " Berarti hingga hari ini, masjid Islam Sunni sulit berdiri di Teheran. Hal ini sudah tentu berbeda dengan di Irak yang bertetangga dengan Iran. Meski penduduk Irak mayoritas Islam Syiah, tetapi di masa pemerintahan Presiden Saddam Hussein yang Sunni, sudah banyak berdiri masjid Muslim Sunni.
Ketika saya berkunjung untuk kedua kalinya ke Irak, September 2014 (saya pertama kali ke Irak, Desember 1992), saya yang disertai staf Kedutaan Besar RI di Baghdad, pada hari Sabtu, 20 September 2014, berkunjung ke masjid al-Kufa di Kufa, Irak. Itu adalah masjid Ali r.a, yang sebagaimana foto di atas, sebuah masjid yang dibangun Abad VII, di masa Ali r.a. Kufa itu merupakan sebuah kota yang terletak 170 km di selatan kota Baghdad.
Besoknya, kami mengunjungi Padang Karbala. Inilah yang dimaksud kalimat pembukaan di atas,"Setiap hari adalah Asyura, setiap tempat adalah Karbala." Padang Karbala dulunya adalah suatu wilayah yang luas. Sekarang sudah berdiri berbagai bangunan. Di tempat yang saya tuju inilah, Hussein, putranya Ali r.a tewas setelah kalah melawan musuh dalam pertempuran tidak seimbang. Leher cucu Nabi Muhammad SAW itu ditebas dan kepala Hussein ditendang kaki kuda musuh ke sana ke mari.
Buat saya, perjalanan ke masjid Ali r.a, al-Kufa dan Padang Karbala di Irak, meski saya seorang Sunni, ini merupakan rahmat Allah SWT, karena secara langsung bisa melihat tapak peradaban Syiah di Irak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H