Mohon tunggu...
Dasilva ari
Dasilva ari Mohon Tunggu... Pengacara - Sebab kita sering lupa, maka menulis adalah kunci

Coguyon ergo sum

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ole Gunnar: Iri Bilang, Bos!

27 Juli 2020   21:15 Diperbarui: 27 Juli 2020   21:06 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kompetisi liga paling kompetitif, Premier league (liga Inggris), telah merampungkan musim 2019/2020 pada hari Minggu 26 Juli 2020. Musim yang lumayan berat bagi beberapa tim sepak bola, tidak hanya di Inggris, melainkan juga seluruh dunia. Bagaimana tidak? 

Bergulirnya kompetisi liga musim 2019/2020 sempat harus terhenti diakibatkan pandemi Covid-19, yang mempengaruhi segala aspek bisnis, termasuk sepakbola. 

Bahkan, liga di benua eropa pun sempat diberitakan akan dihentikan. Beruntung, curva laju perkembangan covid-19 mengalami penurunan sehingga liga dapat bergulir kembali.

Meskipun saat ini sudah mengunci gelar Liga inggris, Liverpool dan fansnya sempat dibuat  jantungan. ketika FA (PSSI-nya Inggris) mengumumkan bahwa, liga Inggris tidak akan dilanjutkan, dan liga musim 2019/2020 dianggap tidak pernah bergulir. Yang membuat mereka jantungan adalah, pada musim ini Liverpool hampir mengunci gelar Juara Liga Inggris. 

Gelar yang tidak pernah diraih lagi sejak 30 tahun yang lalu. FYI : Terakhir Liverpool juara liga inggris, presiden Indonesia masih pak harto, harga rupiah masih stabil, messi masih 4 tahun, Ronaldo masih mau daftar PAUD, bapak ibunya Kylian Mbappe masih pacaran, dan Kamu masih miliknya.

Akhirnya pada bulan Juni, Beberapa liga di eropa Mulai bergulir kembali. Salah satunya adalah Liga Inggris ini. Beberapa pemain Nampak terlihat aneh di match-match awal, ada yang terlihat gendutan, ada yang makin gondrong, ada pula yang dengan baik memanfaatkan jeda kompetisi dengan mengolah fisik, sehingga ketika dilapangan dia tidak terlihat sebagai pemain bola, tapi lebih terlihat sebagai binaragawan.

Secara keseluruhan, beberapa tim juga tampil impresif setelah jeda covid-19. Salah satunya Manchester United (MU). Anak asuh Ole Gunnar Solskjaer ini tidak pernah kalah dalam pertandingan sisa setelah pandemic covid-19. Banyak fans mereka yang menganggap ini adalah titik balik kejayaan Manchester United.

Namanya hidup, ibaratkan pohon, semakin tinggi pohon semakin kuat angin yang menerpa. Winning rate yang diraih oleh Manchester United, oleh klub lain dan fans nya dianggap sebagai sebuah kecurangan. Karena dalam kemenangan tersebut, MU terlihat sering sekali diuntungkan wasit melalui VAR (Video Assistant Reffere). 

Memang kemenangan MU pada Match sisa musim 2019/2020, mayoritas diraih melalui tendangan pinalti, alias didapat dari pelangaran oleh lawan yang dikonfirmasi oleh lawan.

Pertanyaannya, dimana diuntungkannya? Hadiah pinalti memang pantas didapatkan MU ketika ada pemainnya yang dilanggar di kotak pinalti. Apa masih ada yang salah? 

Tentu, club lain menganggap pemain MU melakukan Diving (berpura-pura dilanggar) dan apa yang dilakukan wasit sangat menguntungkan MU dan merugikan lawan MU. 

Dan menganggap wasit dibayar hanya untuk memenangkan MU. Narasi yag tidak masuk akal untuk disampaikan, ya emang wasit itu kerja, terus kalau gak dibayar? Emang jadi wasit ini Hobby?  

Mereka ini dasarnya memang gak senang sama MU, terlihat klub dan fans yang keberatan dengan tindakan wasit ini, mayoritas adalah tim rival dari MU itu sendiri. Narasi yang mereka bangun penuh dengan kebencian dan perasaan sangsi. 

Yang pertama wasit juga manusia, apa yang dia lihat dan dia rasa adalah pelanggaran, tentu akan dia akan mengganjar sanksi bagi pelanggarnya. Wasit serupa hakim, dia tentu tidak bisa mencapai keadian sebagaimana yang dimiliki TUhan. Tapi tentu, dalam menjalankan tugasnya beliau selalu berupaya mendekati keadilan yang dimiliki Tuhan.

Yang kedua, VAR ini telah menjadi kesepakatan seluruh Klub peserta Liga Inggris. Dengan konsekuensi bahwa semua hasil yang didapat dari melihat VAR adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat. 

Kalau wasit bisa disalahkan. tapi mari kita anggap Var merupakan sudut pandang orang ketiga yang menjadi penengah antara pemain dan wasit. Masa mau disalahkan juga?

Yang ketiga, jaman sudah berganti. Keseruan dalam melihat pertandingan tentunya sudah berubah. Dulu kita melihat keseruan pertandingan melalui keputusan-keputusan kontroversial wasit. 

Sekarang kita melihat sepak bola dari sudut pandang kejelian pemain memanipulasi peraturan di lapangan. Bukankah seru melihat pelanggaran-pelanggaran kecil dalam pertandingan? Ah, emang dasar klub rival MU ini Iri kok. Aku kalau jadi Ole Gunnar, sehabis pertandingan akan nulis snapWA dengan tulisan "IRI BILANG BOS!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun