Dan menganggap wasit dibayar hanya untuk memenangkan MU. Narasi yag tidak masuk akal untuk disampaikan, ya emang wasit itu kerja, terus kalau gak dibayar? Emang jadi wasit ini Hobby? Â
Mereka ini dasarnya memang gak senang sama MU, terlihat klub dan fans yang keberatan dengan tindakan wasit ini, mayoritas adalah tim rival dari MU itu sendiri. Narasi yang mereka bangun penuh dengan kebencian dan perasaan sangsi.Â
Yang pertama wasit juga manusia, apa yang dia lihat dan dia rasa adalah pelanggaran, tentu akan dia akan mengganjar sanksi bagi pelanggarnya. Wasit serupa hakim, dia tentu tidak bisa mencapai keadian sebagaimana yang dimiliki TUhan. Tapi tentu, dalam menjalankan tugasnya beliau selalu berupaya mendekati keadilan yang dimiliki Tuhan.
Yang kedua, VAR ini telah menjadi kesepakatan seluruh Klub peserta Liga Inggris. Dengan konsekuensi bahwa semua hasil yang didapat dari melihat VAR adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat.Â
Kalau wasit bisa disalahkan. tapi mari kita anggap Var merupakan sudut pandang orang ketiga yang menjadi penengah antara pemain dan wasit. Masa mau disalahkan juga?
Yang ketiga, jaman sudah berganti. Keseruan dalam melihat pertandingan tentunya sudah berubah. Dulu kita melihat keseruan pertandingan melalui keputusan-keputusan kontroversial wasit.Â
Sekarang kita melihat sepak bola dari sudut pandang kejelian pemain memanipulasi peraturan di lapangan. Bukankah seru melihat pelanggaran-pelanggaran kecil dalam pertandingan? Ah, emang dasar klub rival MU ini Iri kok. Aku kalau jadi Ole Gunnar, sehabis pertandingan akan nulis snapWA dengan tulisan "IRI BILANG BOS!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H