Ya, kamulah perempuan itu; yang hingga kini membuatku tak lupa bagaimana jantung berdetak ketika pertama berjumpa; yang menbuatku lupa jalan pulang karena tiba-tiba ada semacam rindu yang menyuruhku bertahan; yang berhasil membuatku menyadari bagaimana hidup dan kehidupan; yang telah membuatku sadar akan arti sebuah perjuangan dan konsistensi menjaga perasaan; yang telah membuatku jatuh dalam situasi membingungkan tapi menyenangkan; yang membuatku sadar bahwa perjuangan, sekeras apapun dilakukan, tak akan mampu menolak takdir yang telah digariskan; dan yang telah membuatku tak lelah untuk bertahan, sejauh yang bisa kulakukan. Ya, kamu.
Maaf, aku menyimpan ini diam-diam. Sejak hari itu, hatiku temaram.
Selanjutnya, pada rangkai kalimat dan paragraf yang terajut, anggaplah sebuah dongeng: tentang kekaguman dan denyar perasaan yang mencuat kemudian. Untukmu, harus kutuliskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H