Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"Satria Iku Kudu Anteng Jatmika ing Budi"

22 April 2019   08:45 Diperbarui: 22 April 2019   08:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Satu yang perlu disampaikan disini, banyak yang bias dengan nilai nilai luhur jawa dan kejawen terutama oleh krlompok Islam garis keras, yang melihat nilai nilai luhur Jawa seolah bukan atau bertentangan dengan Islam. Sebenarnya tidak demikian, para wali dan penyrbar islam di tanah Jawa telah membukikan berbagai term al Quran dan as Sunah dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh umat dakwah (madyarakat Jawa).

Sebagai contoh, pepatah sakti "gusti Allah ora sare" (Allah tidak tidur) jelas itu adalah term al Quran yang lengkapnya "laa ta'khudzuhu sinnatu walaa naum," yakni betapa Allah selalu terjaga melakukan berbagai urusan untuk semua hambsnya dimana "Allah tidak mengantuk dan tidak tidur" (QS 2 : 255, atau dikenal sebagai ayat Kursyi). Untuk mengfambatkan kemaha agungan kuasa Allah SWT madyarakat Jawa menyebutnya dalam pepatah simpel "Gusti Allah mboten sare".

Kembali pada bahasan awal, penulis ngin mrnyampaikan, pertams jika hipotesa penulis benar, bahwa fenomena pendulangan suara pilpres 2019 terkait dengan komitmen masyarakat Jawa dalam memegang teguh pitutur luhur karakter satrio jelas hal ini sangat membahagiakan penulis, dimana ditengah gempuran berbagai konsep kepemimpinan, jati diri kepemimpinan Indonesia khususnts masyarakat Jawa, masih dipegang teguh. Hal ini sudah menjadi hal yang seharusnya. Masa masyarakat Jawa di tanah kelahirannya kalah dengan yang nun jauh disana, di Suriname.

Fenomena ini tentu harus diambil hikmahnya, dimana bagi mereka yang ingin menjadi pemimpin Indonesia harus benar benar menyadari bahwa mereka berhadapan dengan masyarakat yang memegang teguh konsep kepemimpinan adiluhung yang terus dituturkan dari generasi ke generasi. Sebaliknya agar konsep kepimimpinan adliluhung itu terus bertahan ditengah gempuran konsep kepemmpinan lain, maka upaya mewatiskan dan melestarikan nilai milai luhur itu harus tetus dalslukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun