Selalu dia berkata; “Jangan kalian larang saya pergi ke ladang, saya merasa lebih sehat kalau pergi ke ladang, saya tidak suka berdiam-diam diri dirumah. Dengan mengerjakan sesuatu di ladang, saya merasa lebih senang, bekerja itu obatnya sama aku, jadi jangan dilarang-larang ya!”
Salah satu kunci keberhasilan adalah mental kerja, jadi bukan bermental bersandar dan berdiam diri. Itu pasti. Dengan bekerja, seseorang akan dapat mengukur dinamika kemajuan dirinya. Dengan bekerja, seseorang akan pantas mendapat hak menikmati hasil kerjanya. Dengan bekerja, seseorang pasti lebih mengucap syukur karena merasakan berkat dan rahmatNya.
“Aku heran juga sama Ibu, usia sudah 78 tahun, terus..... aja sibuk, terus....aja kerja, apa pula lagi mau dicari ya.....?” tanyaku satu waktu.
“Ah....bisa saja kau ngomong begitu...., kau pikir aku pergi setiap hari ke ladang hanya untuk mencari uang seperti dulu? Tidaklah...., aku merasa lebih sehat saja kalau aku pergi ke ladang,” jawabnya.
Memang dapat dipastikan, tujuan kerja-kerja-kerja saat ini, bukan mencari uang. Tapi kan sudah tua, dan kalau terjadi sesuatu (tiba-tiba sakit) saat beraktivitas, tidak ada yang lihat, bagaimana?” kataku lagi.
“Kalian doakan saja, tidak ada yang perlu ditakutkan, biarpun sendiri.” tuturnya seperti menyakinkanku.
“Memang tidak ada yang perlu ditakutkan didunia ini, karena bukan kita juga yang atur dunia ini.” Kataku (rasa kecewa karena saran seperti tidak diterimanya).
Saya percaya; “Ada masa kehidupan - ada masa kematian. Saat kita masih hidup, hidup harus dijalani dan disemangati. Salah satu caranya adalah bekerja. Tak perlu kita pertanyakan kenapa harus bekerja, karena bekerja keharusan jika kita hidup. Bukan bekerja untuk hidup, tapi hidup untuk bekerja. Jika sudah tidak bekerja, seperti ada rasa kematian.”
Teguhkanlah hati dalam menjalani hidup, teruslah semangat dalam bekerja. Bekerjapun kemudian menjadi karakter hidup. Apa siklus ini yang “menghinggapi” dan “menghantui” diri si Ibu ini, sehingga tidak bisa berdiam diri?
Cobalah kau pikirkan, katanya; “Kalau bekerja karena satu tuntutan, itu sah-sah saja, lakukan saja terus. Tapi, jika sampai kalau terpaksa kita tidak bisa bekerja lagi, karena satu keadaan, apa yang kita rasakan dalam hidup ini, tentu sedikit mengalami kesulitan bukan?”
***