Mohon tunggu...
Darwin Raja Unggul Munthe
Darwin Raja Unggul Munthe Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Berpikir seperti orang bodoh sehingga giat untuk selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Konteks Tanpa Teks

30 April 2016   12:36 Diperbarui: 2 Mei 2016   17:30 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, aku pintar kalau ada sesuatu yang aku tahu menyelesaikannya, tapi aku bodoh untuk sesuatu yang aku tidak tahu menyelesaikannya,” sahutku. Saya kira jawaban ini adalah benar sesuai yang dipikiran si Kakek saat bertanya padaku.

“Dalam hidup ini, kita perlu selalu merasa tidak pintar atau bodoh, agar kita selalu mau untuk belajar. Jadi selama kita hidup, kita adalah manusia yang mau harus terus belajar, karena hidup perlu belajar,” katanya.

“Rajin-rajinlah belajar ya, pintar-pintarlah dengan lingkungan, hormat dengan orang-orang sekitar, hormat pada orangtua dimana kita tinggal, jangan pernah duduk didepan dengan santai-santai. Lihat, dan kerjakan apa saja didapur yang harus dibantu, bersihkan rumahnya, sapu halamannya, jangan diam. Pandai-pandailah!” pesannya.

***

Sekarang, aku baru sadar semua itu konteks itu. Aku sudah mempunyai tiga orang anak kecil, yang semestinya mereka harus melihat dan belajar satu teladan.

“Masa lalu memang tidak sama dengan masa yang akan datang, tapi pembelajaran yang aku pernah terima dimasa itu, sepertinya masih tetap berlaku pada masa sekarang. Kebajikan adalah bekal menjalani kehidupan dimasa yang akan datang,” pikir-pikirku

“Apakah aku sudah “buah” yang benar, apakah aku sudah “pohon” yang benar? tanyaku.

“Buah – Pohon – Buah - Pohon” seperti running text yang melintas-lintas dipikiranku, dan sampai seketika aku pun terbangun.

Jam menunjukkan 05:00 WIB, aku membangunkan anak-anakku untuk bersiap sekolah, dan mengajak mereka berdoa. Dalam doa, aku sebut, agar mereka menjadi manusia pembelajar.

Aku menghantarkan mereka sekolah seperti biasa, dalam perjalanan, tiba-tiba anak paling tua bertanya padaku. “Pak, apa maksudnya manusia pembelajar, tadi aku dengar dalam doa Bapak,” tanyanya terlihat serius.

“Ooo, nyimak juga ternyata kawan ini,” pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun