Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Cinderamata" dari Barat

3 Juli 2023   17:22 Diperbarui: 5 Juli 2023   01:43 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ujung Pulau Jawa / Photograph by darwinarya

Pada lingkar luar itu langkahku terhenti. Hutan rimbun-lebat berada tepat dihadapanku. Wujud daripada deretan pohon-pohon itu menarik perhatianku. Kepalaku sampai-sampai menengadah, amati betul-betul. Bagai rambut Medusa yang nge-jigrag, batang-batangnya tumbuh bercabang-cabang, tinggi-menyamping. Dari batang-batang itu pula, ditumbuhi tanaman serupa bulu-bulu yang seolah membungkus.

"Wih ... Lha kok bisa gitu ya?!" aku takjub dalam hati. Kembali ku langkahkan kaki ini, menyusuri jauh ke dalam.

Sedikit-banyak, Kendaraan Ini Telah Menjadi Saksi Bisu Pergantian Masa / Photograph by darwinarya
Sedikit-banyak, Kendaraan Ini Telah Menjadi Saksi Bisu Pergantian Masa / Photograph by darwinarya

Sayup-sayup ku dengar pembicaraan mereka. Antara seorang Bapak penarik dokar dan salah satu dari rombongan kecil pengunjung. Tak begitu jelas, namun skala satuan hektar terdengar merdu di telinga. Naluriku langsung berbicara. Kasih peringatan. Penjelajahannya yang penting-penting saja. Jangan semua dihabiskan. Inget kondisi badan. Setelah ini mesti --langsung-- bertolak lagi ke Bali. Tenaganya dihemat-hemat, Kisanak. Hitungan usia emang muda, tapi dalemannya udah jompo. Jadi ya ... Begitu lah.

Kendaraan Lain yang Dibiarkan Terbengkalai / Photograph by darwinarya
Kendaraan Lain yang Dibiarkan Terbengkalai / Photograph by darwinarya

Hutan ini ... Agak susah ngomongin takaran persisnya. Sudah ada sejak jaman penjajahan. Dari sekian literasi online yang ku baca, ada yang bilang luasnya 9 hektar. Tetapi ada pula yang mengatakan 3,8 hektar. Asal muasalnya pun ada dua versi, menurut TNI (gudang senjata milik Belanda) dan Perhutani (Tempat Penimbunan Kayu).

Pohon-Pohon Trembesi yang berada di Hutan Lindung Milik Perhutani / Photograph by darwinarya
Pohon-Pohon Trembesi yang berada di Hutan Lindung Milik Perhutani / Photograph by darwinarya

Pohon itu bernama Trembesi. Fungsinya sebagai peneduh sengat sinar mentari. Kalau kita perhatikan lagi, dia bentuknya tinggi melebar toh? Serupa payung. Cocok ditanam di lahan luas tanpa halangan. Akarnya destruktif, menjalar kemana-mana. Mencengkram kuat bumi. Semisal akarnya 'nabrak' beton rumah, rumahnya yang jebol hancur.

Nah ... Kalau yang nempel pada batang Trembesi serupa bulu-bulu itu bernama epifit. Epifit ini bukan jenis tumbuhan parasit. Ia hanya numpang nempel untuk hidup. Tak ubahnya dengan Trembesi, Si Epifit ini juga sebagai peredam sinar matahari.

Ada sekitar 805'an pohon Trembesi yang hidup rapat di hutan itu. Usianya mencapai ratusan tahun, 100 - 150'an tahun kalau kita ngomongin soal angka. Jauh lebih tua dari usia resmi negara kita, Indonesia.

Salah satu dari sekian banyak pilihan yang ditawarkan. Berkeliling dengan dokar / Photograph by darwinarya
Salah satu dari sekian banyak pilihan yang ditawarkan. Berkeliling dengan dokar / Photograph by darwinarya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun