Pedagang makanan kaki lima yang kerap dikerubungi pembeli selalu menarik perhatian saya. Soto Ayam Cak Doel jalan Teuku Umar Denpasar, salah satunya.
Soal tempat memang tak ada yang istimewa. Sama seperti pedagang kaki lima pada umumnya. Di dalamnya terdapat sebuah gerobak dorong untuk meracik pesanan, meja sederhana tempat bikin minuman, sejumlah meja kayu yang diatur memanjang dan atapnya menggunakan tenda berbahan terpal.
Hanya ada dua menu yang ditawarkan, yakni soto ayam dan ceker ayam. Bila tak suka racikan standar, Anda bisa meminta bagian tertentu sesuai selera. Apakah itu hanya berupa daging, campur kulit, dan lain sebagainya. Di sini juga menyediakan jeroan. Ada telur muda, hati, ampela, puritan --kantung telur-- dan sejenisnya. Sementara minuman disediakan jeruk dan teh (panas atau dingin).
Sekitar 10 menit berselang pesanan kami tiba. Seporsi soto ayam dan soto ceker tersaji cantik di hadapan kami. Kali itu saya minta antara nasi dan sotonya dipisah. Semangkuk soto di dalamnya terdapat potongan telur, irisan daging ayam, potongan kentang yang direbus, kecambah, sayur kol, seledri, daun bawang, dan bawang putih goreng.
Sewaktu melakukan proses pengamatan, ada beberapa hal yang menarik perhatian saya. Ukuran mangkuk tidak seperti biasanya, agak kecil. Kuahnya sendiri benar-benar kuah. Tak ada lapisan minyak ayam di atasnya sedikit pun.
"Oh itu koya kelapa, Mas," tutur Om Yudhi, pemilik lapak, menjelaskan kepada saya.
Di sinilah letak keistimewaannya. Bila pada umumnya koya soto terbuat dari kerupuk udang yang dicampur dengan bawang putih, soto Cak Doel memakai kelapa tua yang disangrai terlebih dahulu. Itu sebabnya mengapa butiran warnanya menjadi hitam. Sementara jenis kelapa memakai kelapa bali. Menurut Om Yudhi, kelapa bali memiliki tekstur rasa dan aroma yang khas. Hal ini yang menjadikan cita rasa soto terasa unik. Lain daripada yang lain.
Adapun artis Ibu Kota yang pernah mampir makan di sini ialah Jamal Mirdad dan Rina Nose.