Ketika itu Mbak Tio memiliki 20 ekor kucing dan tiga ekor anjing. Hingga mendekati tenggat waktu, ia telah mengantongi beberapa calon rumah kontrakan. “Rumah yang sekarang saya tempati, waktu itu masih saya kesampingkan. Saya belum berani hubungi pemilik tanya-tanya soal harga. Pasti harganya mahal, soalnya kan tingkat dua,” kenangnya.
Sementara waktu terus berjalan, Mbak Tio belum juga menemukan kontrakan dengan harga yang sesuai. “Saya sempat nangis waktu itu. Kucing-kucing saya mengeong-ngeong manja. Salah satu anjing saya, kepalanya ditaruh di paha saya. Saya sedih memikirkan nasib mereka. Saya lantas bilang ke mereka, yang sabar ya naaak. Doakan lekas dapet rumah baru yang nyaman.”
H-3 jelang deadline. Waktu kian sempit. Akhirnya Mbak Tio beranikan diri untuk hubungi pemilik kontrakan yang sekarang ia tempati. Tak ketinggalan disertai doa sepenuh hati agar dimudahkan segala urusan.
“Sudah lah Mbak. Mbak lihat aja dulu kondisi rumahnya seperti apa. Soal biaya saya tak terlalu rumit. Mbak adanya berapa, segitu aja dulu bayarnya,” kata pemilik kontrakan seperti yang diucapkan Mbak Tio kepada saya.
Mendengar hal itu pecah lah kegembiraan Mbak Tio. Apalagi begitu mengetahui halamannya amat luas. Ditambah lagi sang pemilik tidak berkeberatan Mbak Tio memelihara satwa dalam jumlah banyak.
Donasi
[caption caption="Puppies di Bali, Rumah Singgah Satwa / dap"]
“Banyak orang dan netizen yang menyuruh saya untuk menghentikan misi ini. Mungkin karena mereka melihat kondisi ekonomi saya yang pas-pasan. Tapi Alhamdulillah hingga saat ini, Bali Rumah Singgah Satwa tetap bertahan. Saya percaya bahwa Tuhan menyayangi tiap makhluk ciptaannya. Apa yang saya lakukan murni panggilan hati. Dan saya juga percaya kalau Tuhan akan membantu makhluknya yang kesusahan.”
Kebetulan Mbak Tio dan dua orang relawan punya seragam khusus berwarna hitam. “Kalau Mas perhatikan, di seragam kami ada emblem bendera Indonesia-nya. Saya juga pasang bendera merah putih di halaman. Bendera itu tidak pernah saya turunkan. Tiap tahun saya ganti karena warnanya mulai pudar. Bendera itu juga sebagai simbol sekaligus penyemangat kami. Bahwa orang lokal pun bisa seperti shelter-shelter asing. Didonasi, dikelola dan digerakkan oleh orang Indonesia,” ujarnya mengakhiri perbincangan kami pada kesempatan itu.
***
Kata Mereka Tentang Tio Russ:
“Tio Russ ... Saya tidak mengenalnya, saya tidak tahu siapa dia dan saya hanya berteman di medsos.
Pertama kali melihat postingannya, saya langsung kagum. Saya pikir dia adalah wanita yang luar biasa. Setiap saat saya selalu menunggu postingan-postingannya dan semakin kagum perjuangan seorang wanita yang tidak mengenal lelah, tidak mengenal lapar, tidak pernah mengeluh dan selalu siap siaga bila mendapat laporan yang masuk jika ada anjing yang terluka dan terbuang.