Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tawan Ciptakan Alat Agar Dapat Hidup Normal

28 Januari 2016   07:57 Diperbarui: 29 Januari 2016   04:38 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Beginilah Kondisi Ruang Istirahat Bli Tawan"]

[/caption]

Ironisnya lagi, di ruang pribadi itu, juga ada keran air. Jaraknya dengan karton tidur hanya sekitar 10 cm. Saya kedapatan melihat seorang pengunjung yang cuci tangan di situ. Itupun istri Tawan harus bergeser pindah lebih dulu.

Selagi melakukan pengamatan, tiba-tiba seekor ayam naik ke bagian atas perabot, dekat televisi (entah berfungsi atau tidak). Ayam itu kemudian turun dan berjalan di dekat kaki anaknya Bli Tawan yang sedang tertidur pulas. Sementara, beberapa detik kemudian, giliran si kucing berjalan santai melewati kepala anaknya. Tadinya saya ragu, masa iya sih itu dipakai tidur? Mungkin itu ruang "tamu", pikir saya.

"Bli, kalau tidur di mana?" tanya saya.

"Itu, di situ," katanya sambil menunjuk enteng, "Kemarin-kemarin di belakang (tumpukan botol yang menggunung), tapi sekarang udah pindah ke situ."

Ternyata, memang di sanalah mereka beristirahat. Bagaimana hati saya tidak teriris pilu, coba? Siang kepanasan, malam kedinginan, hujan ya kehujanan. Demi menghidupi anak istri, semua dijalani Bli Tawan dengan tabah. Berharap, kondisi serba prihatin seperti sekarang lekas berlalu. Setidaknya ... Paling tidak, bisa memberikan penghidupan yang lebih manusiawi. Meski begitu, dari kondisi serba prihatin itulah, alat bantu Tawan tercipta. Dengan segala kekurangan beserta keterbatasannya.

 

Dari awal, Bli Tawan (31) tak mau terkenal. Ia hanya ingin bekerja, hidup normal, seperti orang kebanyakan. Mencari nafkah demi menghidupi istri dan ketiga anaknya yang masih kecil.

Sebagai tulang punggung keluarga, ia sadar betul bahwa ia harus lekas bangkit. Tanpa mengharapkan belas kasih orang.

Tangan kirinya memang lumpuh, tapi ia masih dikaruniai daya pikir yang cemerlang.

Berbekal ilmu elektronika yang didapat di bangku SMK, dipadu informasi yang berserakan di internet (artikel berbahasa Indonesia), ia mencari tau, bagaimana cara terbebas dari kekurangan fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun