Mohon tunggu...
Darunnaim News
Darunnaim News Mohon Tunggu... Pustakawan - Pondok Pesantren Modern Darunna'im

Sebuah lembaga pendidikan berbasis pesantren yang ada di Rangkasbitung Lebak-Banten, dibangun pada tahun 1997 dan dibuka pada tahun 1998. Dengan berlandaskan pada panca jiwa pondok yaitu Keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, Ukhwah islamiah dan Kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Seni

Memukau Para Penonton - Panggung Gembira Gravious Generation

23 Juli 2023   07:11 Diperbarui: 23 Juli 2023   07:16 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LEBAK, darunnaimnews.com - Panggung Gembira angkatan  Gravious Generation, membuat penonton terbawa menikmati acara (22/7).

Dilansir dari hasil evaluasi Panggung Gembira setelah selesai acara. "Saya begitu menikmati, sampai saya tidak sadar bahwa acara sudah selesai. Panggung Gembira tahun ini tidak ada koreksian, intinya bagus." ucap Kyai setelah selesai acara.

Santri kelas 6 begitu ceria mendengar ucapan kyai yang demikian. Usaha dan dana yang dikeluarkan tidak sia-sia, menjadikan kesan terbaik bagi kelas 6. Acara-acara didalam Panggung Gembira yang ramai dan menjadi sorotan adalah :

Potret acara Palang Pintu sebelum sambutan Ketua Pelaksana, dok. Pondok 
Potret acara Palang Pintu sebelum sambutan Ketua Pelaksana, dok. Pondok 

1. Palang Pintu Sebelum Sambutan Ketua Pelakasana

Pertama adanya palang pintu khas betawi sebelum sambutan ketua pelaksana. Dengan beradu pantun antara penjaga palang pintu dan pengantar Ketua Pelaksana ke atas panggung. 

Bermodalkan pantun-pantun ala betawinya, membuat penonton tertawa pecah dan ramai. Ditambah dengan adu silat betawi yang kocak, melengkapi keunikan acara sebelum sambutan ketua pelaksana tersebut.

Potret acara Dramatisasi Puisi, dok. Pondok 
Potret acara Dramatisasi Puisi, dok. Pondok 

2. Dramatisasi Puisi

Acara ini menggambarkan suasana di zaman sekarang. Zaman yang berada pada era globalisasi, dimana kebudayaan mulai terkikis, sifat individualisme yang semakin bermunculan. Gotong royong, solidaritas dan setia kawan perlahan hilang ditelan bumi. Begitulah sebagian bait isi dari puisinya.

Disamping itu beberapa puisi juga disampaikan menggunakan bahasa inggris. Menjadikan pembawaan puisi tersebut, lebih elegan dengan tidak menghilangkan budaya pondok yang terkenal dengan bahasa.

Potret Acara Tari Kombinasi (Tarkom), dok. Pondok 
Potret Acara Tari Kombinasi (Tarkom), dok. Pondok 

3. Tari Kombinasi (Tarkom)

Kemudian ada Tari Kombinasi (Tarkom). Acara ini biasanya yang ditunggu-tunggu oleh para santri dan alumni. Bahkan ada beberapa alumni yang datang hanya ingin melihat acara tersebut.

Dengan gerakan yang dikombinasikan berdasarkan lagu yang dibawakan sebagai alunan tari, membuat penonton terpukau dengan acara tersebut. Karena tidak hanya lagu pop Indonesia yang dibawakan, namun juga ada lagu-lagu pop Inggris dan Korea. Menjadikan Tarkom ini lebih menarik, ditambah gerakan Dance yang memukau penonton.

Potret acara Debus Khas Banten, dok. Pondok
Potret acara Debus Khas Banten, dok. Pondok

4. Debus khas Banten

Terakhir ada acara Debus khas Banten. Acara ini ditampilkan oleh santri kelas 6 langsung yang sudah dilatih oleh ahli Debus dari Banten asli. Dengan diawali gerakan-gerakan sifatnya, disambung dengan menusukan paku yang disebut Almadad.

Tidak hanya itu, ada juga atraksi lain, seperti menusukan besi ke lidah, menyayat kulit dengan golok dan jalan diatas tumpukan beling. Melihat ekspresi penonton yang begitu tegang menjadi kan suasana lebih seru.

Potret santri kelas 6 ditusuk besi lidahnya, dok. Pondok 
Potret santri kelas 6 ditusuk besi lidahnya, dok. Pondok 

Potret santri kelas 6 di tusuk paku Almadad diperut sembari dihantam palu, dok. Pondok 
Potret santri kelas 6 di tusuk paku Almadad diperut sembari dihantam palu, dok. Pondok 

Redaksi : Ridho Fadrillah Akbar 

Gambar : Bag. Dokumentasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun