Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Prepekan, Ramadan Datang, Orang Pasar Senang

16 Mei 2018   14:06 Diperbarui: 16 Mei 2018   14:18 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prepekan (Ilustrasi/Tribunnews.com)

Menyambut datangnya bulan suci Ramadhan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di Yogya, tempat kini saya tinggal, terdapat istilah padusan, yakni membersihkan diri di sumber-sumber mata air. 

Sebulan sebelumnya, di sini juga terdapat istilah nyadran, yakni upacara adat pembersihan tempat pemakaman umum dan dilanjutkan dengan doa dan makan bersama. Di desa-desa di Gunungkidul, Sleman, dan Bantul serta Kulonprogo, acara ini masih tetap lestari hingga sekarang. 

Begitu juga dengan di kota Yogya sendiri, tempo hari lalu saya sudah melihat di kompleks pemakaman Krapyak sudah dipenuhi pengunjung.

Tradisi Nyadran [Foto:soloraya.com]
Tradisi Nyadran [Foto:soloraya.com]
Lain di Jawa lain pula di Sumatera, meski penduduknya juga merupakan orang Jawa. Di kampung saya, tempat para transmigran asal Jawa berkumpul, istilah padusan dan nyadran nyaris sama sekali tidak dikenal.

Namun demikian, bukan berarti acara penyambutan datangnya bulan suci Ramadhan tidak ada. Acara-acara seperti bersih-bersih masjid dan musala, bersih-bersih tempat pemakaman umum, dan bersih-bersih rumah selalu dilakukan menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Karena sifatnya yang sudah sangat umum, maka itu semua tidak akan saya bahas di sini. Ada hal lain yang saya pikir menarik untuk diketahui terkait dengan cara masyarakat di kampung saya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Di kampung saya terdapat istilah yang mendadak populer menjelang datangnya bulan puasa. Bisa dibilang, ini merupakan istilah yang langka dan khusus. Istilah itu yakni "prepekan" (baca huruf "e" seperti ketika membaca "seperti ketika").

Apakah prepekan itu? Begini gambarannya:

Jadi, sehari sebelum hari pertama puasa tiba, orang-orang akan berbondong-bondong ke pasar. Untuk berbelanja tentu saja, walaupun ya tidak semua begitu. Karena para bujang ada yang datang ke pasar hanya untuk mencari senggolan, dolan, atau nyawang para gadis yang biasanya juga berhamburan ke pasar pada hari itu.

Koyo cendol. Demikianlah kata yang tepat dan sering kami sebut, untuk menggambarkan tumplek bleknya manusia di pasar menjelang datangnya bulan puasa.

Pada saat prepekan, nyaris semua pedagang akan menyiapkan barang dagangan dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Karena memang tingkat pembelian akan sangat tinggi.

Momen Ramadhan dan juga hari raya yang istimewa itu kami sambut dengan sesuatu hal yang istimewa pula: berbelanja. Untuk diketahui, bagi orang-orang desa, pergi ke pasar tidaklah menjadi rutinitas. Sehari-hari segala kebutuhan rumah tangga dipenuhi melalui warung milik tetangganya, kecuali bagi orang-orang yang rumahnya dekat dengan pasar.

Momen ini juga merupakan masa panen bagi para pedagang di pasar. Biasanya, para pedagang akan agak jual mahal. Ngentol, istilahnya. Tapi ya namanya di pasar, tawar menawar akan tetap terjadi.

Di sinilah, kedekatan personal antara penjual dan pembeli akan memberikan pengaruh yang besar bagi tersepekatinya sebuah harga. Semakin dekat kita dengan pedagang, maka harga yang mereka berikan tidak akan semahal yang mereka berikan kepada orang lain yang tidak dikenal.

***

Ketika saya mengutarakan hal ini di sebuah status Facebook, salah satu Kompasianer Jogja memberikan komentar. Menurutnya, kata "Prepekan" asal katanya dari "Prek-prekan". Terjemahan bebas dari habis-habisan.

"Jejelang ramadhan, menghabiskan semua nafsu negatif. Memasuki bulan suci, dengan hati yang suci pula. Jelang syawal, menghabiskan waktu dengan amalan-amalan sunnah Ramadhan. Sebab di bulan suci tersebut nilai pahalanya berlaksa lipat." tulis Pak Nuz.

Sayangnya, menurut Pak Nuz, makna filosofis yang baik itu kemudian bergeser ke arah perilaku konsumtif.

"Seiring berjalannya waktu, bukannya perilaku prek-prekan ibadah yang dilakukan. Sebaliknya, perilaku hedon justru yg dikedepankan." pungkasnya.

Jujur saja, saya baru tahu hal tersebut. Selama ini saya tahunya ya begitu. Sejak saya masih kecil, tradisi itu sudah ada dan saya selalu dibuat repot karenanya. Sebagai seorang penjual kue, ibu saya juga akan meningkatkan jumlah barang dagangannya. 

Terutama untuk jenis apem, karena ini akan digunakan untuk ritual "punggahan"; upacara selamatan dan mengirim doa kepada sanak saudara yang telah meninggal dunia.

Adapun tentang mengapa menjelang bulan Ramadhan banyak orang yang berbondong-bondong ke pasar untuk berbelanja, terdapat banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya. Seperti misalnya, memang mereka akan masak banyak untuk keperluan selamatan di rumah, yang juga dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Selain itu, pada hari-hari pertama puasa biasanya orang-orang memang cenderung agak manja. Sehingga hari pertama puasa, maunya makan yang enak-enak. Apalagi logika orang desa, yang notabene lebih sering makan sayur-sayuran ketimbang daging. 

Pada hari pertama bulan Ramadhan, mereka akan mengubah menu makanan dengan daging dan ikan. Agar proses belanja mereka bisa sekalian, ya di pasarlah tempatnya. Karena kalau cuma di warung, biasanya bumbu-bumbu yang dibutuhkan kurang begitu lengkap.

Tak hanya itu, persepsi soal naiknya harga-harga barang menjelang datangnya hari lebaran juga menjadi faktor penting dalam hal ini. Terutama untuk pakaian, perlengkapan salat, dan pernak-pernik lebaran. 

Untuk menghindari hal tersebut, tak jarang mereka lebih memilih untuk membelinya jauh-jauh hari sebelum lebaran, dengan harapan akan mendapatkan harga yang lebih murah.

Hal-hal yang demikian itulah yang kemudian membuat pasar menjadi sangat meriah saat momen H-1 Ramadhan. Hal itu pulalah yang mendorong naiknya harga-harga sembako menjelang bulan Ramadhan, yakni karena tingginya permintaan. Ramadhan datang, pedagang di pasar pun senang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun