Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lima Komposisi Kenikmatan Dalam Secangkir Kopi

27 Desember 2017   16:37 Diperbarui: 27 Desember 2017   17:21 2426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani di Jogja menikmati kopi di pagi hari [dok. Jogja.Tribunnews.com]

Kebiasaan minum kopi sekarang ini sudah menjadi identitas baru dan semakin populer bagi orang Indonesia.

Di desa-desa, minum kopi bahkan sudah menjadi budaya tersendiri. Ia menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Baik ketika bekerja, berbincang bersama tetangga, ronda, ataupun ketika sedang ada pesta keluarga. Aktivitas minum kopi pasti turut menyertainya.

Petani di Jogja menikmati kopi di pagi hari [dok. Jogja.Tribunnews.com]
Petani di Jogja menikmati kopi di pagi hari [dok. Jogja.Tribunnews.com]
Sedangkan di kota-kota, aktivitas minum kopi kini telah menjadi gaya hidup masyarakat urban. Keseharian mereka kini hampir selalu ditemani dengan segelas kopi. Tak hanya itu, di kota tempat-tempat ngopi juga semakin menjamur. Mulai dari yang sederhana hingga yang sangat bergengsi. Tergantung budget mau pilih yang mana. Namun pada dasarnya, di mana pun tempatnya yang mereka minum tetaplah kopi.

Pengalamanku Menikmati Kopi Selama di Jogja

Sebagai orang desa yang saat ini numpang hidup di kota Jogja, aku juga merasakan betapa kopi telah menjadi bagian dari keseharianku. Setiap pagi aku selalu minum kopi. Belum lagi jika ada agenda pertemuan, rapat, atau belajar bersama dengan teman-teman sesama mahasiswa, tempatnya hampir selalu di warung kopi dan dengan demikian lagi-lagi selalu menemani.

Kalau dirunut dari sejarah keluarga, interaksiku dengan kopi memang begitu dekat. Pasalnya keluarga kami adalah keluarga kopi. Semua anggota keluarga kami, mulai dari Bapak, ibu, anak, menantu, bahkan hingga cucu, adalah peminum kopi. Ini selain karena sudah menjadi tradisi keluarga, mungkin juga dipengaruhi oleh karena persediaan kopi di tempat tinggal kami berlimpah. Kami tinggal di kabupaten Way Kanan, Lampung. Sedangkan kita tahu, Lampung saat ini masih menjadi salah satu daerah penghasil biji kopi terbaik di Indonesia.

Sekarang, setelah aku hidup di Jogja selama enam tahun lebih, kedekatanku dengan kopi malah semakin menjadi-jadi. Bisa dibilang, aku kini adalah 'pecandu' kopi. Sehari saja aku tak minum kopi, rasanya seperti orang gila. Kadang juga jadi pusing tak keruan dan kurang bergairah dalam menjalani aktivitas.

Secara lebih khusus, aku adalah pecandu sekaligus peminum kopi hitam. Kopi asli. Entah mengapa tubuhku langsung melancarkan protes untuk menyatakan ketaksukaannya jika aku minum kopi yang aneh-aneh. Kopi itu warnanya hitam. Rasanya sedikit asam. Kami tidak mau yang lain. Mungkin begitu protes tubuhku kalau diungkapkan dalam kata.

Karena itu, aku jarang sekali minum kopi-kopi putih atau kopi dengan beraneka rasa. Kopi original tetap menjadi pilihanku. Sehingga untuk kebutuhan minum kopi rutinku setiap hari itu, di kos aku tak pernah telat dari  persediaan bubuk kopi hitam. Dikirim langsung dari Lampung.

Mungkin ini terkesan kolot, tapi bukankah memang selalu begitu kalau kita bicara soal selera?

Tapi meskipun begitu, dalam beberapa kondisi aku pernah juga meminum kopi saset yang 'aneh-aneh' itu. Walau akhirnya aku harus repot sendiri karena tubuhku benar-benar tak terima. Ini biasanya terjadi di saat-saat darurat dan aku tak punya pilihan lain untuk misalnya meredakan sakit kepala atau menghangatkan badan dengan segera. Kecenderunganku pada kopi hitam seakan telah mendarah daging.

Untunglah, kini di pasaran juga tersedia kopi saset yang benar-benar kopi hitam. Kopi asli.

Beberapa produk kopi dalam kemasan [dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Beberapa produk kopi dalam kemasan [dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Dalam kondisi tertentu, kopi semacam ini selalu menjadi pilihanku ketika aktivitas minum kopi harus kulakukan di luar. Misalnya ketika aku pergi liburan ke suatu tempat atau ketika menginap di kos/kontrakan teman.

Seperti yang baru kualami belum lama ini, ketika aku menginap di kos salah satu temanku. Karena dia bukan peminum kopi, maka di kosnya ia tak punya persediaan kopi. Sehingga kemudian aku harus membeli kopi saset di warung yang berada tak jauh dari kosnya. Di warung tersedia banyak pilihan jenis kopi saset, namun karena aku sudah menetapkan pilihan sejak awal pada kopi hitam, maka kemudian aku memilih kopi Kapal Api.

Kopi Kapal Api telah kukenal sejak lama. Mula-mulanya dulu dari iklan televisi. Aku selalu ingat tagline-nya berikut nadanya yang diucapkan oleh seorang laki-laki: Jelas Lebih Enaaaaak!


Interaksiku dengan kopi Kapal Api kemudian berlanjut ketika aku menjadi mahasiswa perantauan di Jogja. Bahkan bisa dibilang semakin intim. Ini bermula ketika dulu tak ada kiriman kopi dari Lampung karena hasil panen yang buruk. Aku kemudian mencari kopi bubuk asli di sebuah minimarket dekat kos, hingga akhirnya aku menemukan kopi Kapal Api dalam kemasan besar.

Kopi Kapal Api Lampung dalam kemasan [Dok. Seroyamart]
Kopi Kapal Api Lampung dalam kemasan [Dok. Seroyamart]
Satu hal yang sebenarnya membuat aku langsung tertarik untuk memilihnya ialah karena kopi kapal api adalah kopi yang juga berasal Lampung. Karenanyalah, kopi ini jelas lebih enak bagiku, dibanding kopi-kopi saset lain yang 'aneh-aneh' itu. Kini jika aku telat mendapatkan kiriman kopi dari Lampung, maka aku langsung saja menggantinya dengan kopi Kapal Api.

Tapi sebenarnya, kenikmatan kopi Kapal Api tidak hanya karena biji kopinya berasal dari Lampung. Lebih dari itu, kenikmatan kopi Kapal Api semakin terasa apabila didukung oleh beberapa kondisi berikut ini.

Pertama, aku meminumnya di pagi hari. 

Meminum kopi hitam Kapal Api pada pagi hari memang terasa lebih enak dibandingkan, misalnya, pada siang hari. Ini lantaran pada pagi hari biasanya kita membutuhkan semacam energi penyemangat sebelum kemudian melakukan aktivitas rutin, seperti bekerja atau belajar. Nah, kopi Kapal Api dalam hal ini bisa menjadi pilihan karena kopi ini juga mengandung biji asli kopi pilihan yang dapat memberikan pengaruh semangat luar biasa bagi kita pada pagi hari. Seperti yang selama ini selalu kurasakan.

Menikmati kopi bersama teman: jelas lebih enak. [Dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Menikmati kopi bersama teman: jelas lebih enak. [Dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Kedua, aku meminumnya bersama teman.

Kita mungkin sering mendengar adagium, "Senikmat apa pun minuman atau makananmu, akan jauh lebih nimmat rasanya bila dinikmati bersama teman." Adagium itu ada benarnya juga. Bahkan sangat pas bila kita bicara soal minum kopi. Karena itu, agar minum kopi kapal api bisa jelas lebih enak, maka aku selalu mengajak temanku untuk turut menikmatinya. Baik dengan cara membikin sendiri atau join (barengan).

Kopi kapal api juga sangat nikmat diminum saat liburan [Dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Kopi kapal api juga sangat nikmat diminum saat liburan [Dok. Fanpage Facebook Kapal Api]
Ketiga, aku menikmatinya di sela-sela aktivitas. 

Meminum kopi Kapal Api di sela-sela melakukan banyak aktivitas sudah menjadi kebiasaanku selama ini. Mulai dari aktivitas membaca, menulis, mengerjakan tugas, pekerjaan, ataupun aktivitas lainnya, traveling misalnya. Rasanya benar-benar beda. Nikmat. Dan membuatku semakin bersemangat. Ide-ide bermunculan. Obrolan, canda dan tawa juga semakin mengasyikkan.

Maka dari itu, sediakanlah selalu kopi Kapal Apiuntuk menunjang aktivitas sehari-hari Anda.

Membaca sambil minum kopi kapal api merupakan kenikmatan tersendiri [Dok. Fanpage Faceboom Kapal Api]
Membaca sambil minum kopi kapal api merupakan kenikmatan tersendiri [Dok. Fanpage Faceboom Kapal Api]
Keempat, bila aku menikmatinya di kala hujan sambil duduk di tepi jendela. 

Kalau yang ini sungguh subjektif bagiku yang memang tergolong sebagai orang melankolis. Aku suka sekali menikmati kopi sambil duduk di tepi jendela kala langit sedang menumpahkan hujannya. Itu adalah momen puitik bagiku. 

Tapi tidak menutup kemungkinan hal itu juga terasa di benak Anda. Nah, soal romantisme, kopi Kapal Api rasanya juga sangat mampu merepresentasikannya dan memang punya gairah yang sama. Kita bisa melihatnya dari iklan-iklan yang ditampilkan, selalu bernada keromantisan. Dan memang, kopi kapal api + romantisme menjadikan rasanya semakin jelas lebih enak.

Kelima, aku meminumnya sambil mensyukuri bahwa kenikmatan itu adalah dari-Nya. Aku juga selalu meminum kopi seraya mengucap terima kasih dalam hati kepada mereka yang telah menanam, merawat, dan menghidangkan sehingga kita secangkir kopi bisa kita sesap hari ini. 

Ini mungkin juga akan terkesan subjektif dan religius. Tapi hal ini juga menjadi penting, mengingat rasa biji kopi yang telah kita nikmati merupakan ciptaan Tuhan dan ditanam, dirawat, diolah, dan disajikan dengan penuh cinta dan dedikasi oleh orang lain. 

Nikmatilah secangkor kopi dengan rasa syukur kepada Tuhan dan terima kasih kepada mereka yang telah terlibat, sambil memejamkan mata, maka kenikmatannya akan jauh lebih terasa merasuk ke dalam jiwa.

Menikmati kopi dengan rasa syukur dan terima kasih [Dok. Fanpage Facebook Kopi Kapal Api]
Menikmati kopi dengan rasa syukur dan terima kasih [Dok. Fanpage Facebook Kopi Kapal Api]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun