Dulu status ‘lajang’ atau ‘jomblo’ juga tidak terlalu dipermasalahkan. Begitu juga dengan status ‘mantan’. Namun sekarang, kata-kata tersebut terasa begitu sensitif dan menyeramkan.
Dampak terburuk dari kecenderungan ini akan bisa dibaca pada poin empat.
2. Orang Indonesia di Masa Kini Jadi Semakin Senang Bercanda
Kecenderungan orang Indonesia memang senang bercanda. Humor telah menjadi bagian dari kehidupan kesehariannya. Sebagai bukti tengoklah misalnya adanya Mop Papua, Opera, pagelaran Wayang, dan Ludruk, yang kesemuanya sarat dengan humor dan lelucon. Bahkan ceramah agama pun tak luput dari selipan humor.
Dan kini gairah terhadap humor telah semakin terfasilitasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hasilnya, barangkali Anda sudah melihatnya sendiri. Berapa jumlah kiriman meme-meme, cerita, dan gambar lucu yang Anda terima saban hari?
Coba periksalah kembali meme-meme, gambar-gambar, dan cerita-cerita itu. Maka Anda akan menemukan fakta bahwa kebanyakan humor-homor tersebut hanya merupakan bentuk lain dari ungkapan perasaan. Bukan humor hasil dari ungkapan pemikiran.
3. Orang Indonesia di Masa Kini Jadi Semakin Senang Mem-bully
Kecenderungan untuk terlalu banyak melibatkan perasaan dan terlalu suka bercanda, pada akhirnya dapat melahirkan kecenderungan baru. Yakni mulai gampang mem-bully. Celakanya, bully-an tersebut biasanya dimaksudkan untuk lelucon atau candaan.
Maka jangan heran jika kemudian seorang anak kecil yang kepleset lidah ketika berbicara dengan presiden pun akhirnya jadi bulan-bulanan orang Indonesia di media sosial. Dianggapnya itu suatu hal yang lucu.
Maka jangan heran jika kini status ‘jomblo’ menjadi selayak aib yang sangat memalukan.
Maka jangan heran jika kemudian kicauan seorang mantan presiden menjadi bulan-bulanan netizen.