Pertama kali mengenal istilah energi, saya masih duduk di bangku kelas 4 SD. Berkat bimbingan dan ajaran penuh kasih dari Bu Zahroza, guru kelas kami waktu itu, saya dapat dengan mudah memahami apa itu energi. Yakni tenaga atau daya yang dapat digunakan untuk beraktivitas. Bu Zahroza waktu itu mengilustrasikan dengan contoh yang paling dekat dan sederhana, yakni hubungan makanan dan manusia. Dengan mengonsumsi makanan yang cukup sebagai sumber energi, maka tubuh manusia akan lebih bertenaga sehingga dapat melakukan aktivitas sebagaimana mestinya.
Untuk contoh yang lebih luas dan beragam, kita bisa menyebut uap, air, gas, angin, bensin, minyak tanah, dan solar sebagai sumber energi. Keberadaannya dapat  menggerakkan mesin dan menghasilkan tenaga listrik. Karenanya pula, aktivitas manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan ringan. Selama sumber energi tersebut terdistribusi dengan baik dan merata kepada elemen-elemen yang membutuhkan, maka gerak atau tenaga yang dihasilkan pun akan maksimal. Puncaknya, akan ada kehidupan di sana. Sebaliknya, jika sumber energi tidak terdistribusi secara merata, maka sudah pasti akan ada sesuatu yang terhambat atau bahkan terhenti (macet/mati).
Indonesia yang Luas dan Para Pelipat Jarak
Pernahkah Anda ketika dalam perjalanan merasakan jarak yang Anda tempuh itu jauh sekali? Sudah berjam-jam berkendara namun tak kunjung sampai. Apalagi jika kondisi jalannya sangat buruk, makin lamalah waktu tempuhnya dan terasa makin jauhlah jaraknya.
Saya sering merasakan hal itu. Ketika dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Lampung misalnya, saya merasa jaraknya jauh sekali. Padahal di saat yang sama saya juga menyaksikan kendaraan lain melaju dengan jarak tempuh yang lebih jauh, ke Medan, Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang, atau bahkan Padang.
Tak cuma bus, mobil puso dan mobil tangki pengangkut BBM pun demikian. Jarak seakan bukan lagi menjadi persoalan sebab yang terpenting adalah barang yang dihantar bisa sampai di tempat tujuan dengan baik, tentu tetap dengan berbagai risiko dan kendala selama dalam perjalanan. Demikian aktivitas mereka sehari-hari, melipat jarak dan mengakrabi jalan selayak teman bermain.
Hal tersebutlah yang kemudian membuat saya tercenung dan berpikir, ternyata Indonesia itu luas sekali. Karena itu pula, saya kemudian menaruh rasa kagum dan hormat untuk bapak-bapak sopir antarpulau itu. Mereka sungguh luar biasa. Karena jasa mereka, apa yang kita butuhkan kini mampu kita nikmati. Makanan, pakaian, ataupun bahan bakar. Ia menjadi lebih dekat dan lebih mudah didapat.
Tapi dalam kondisi tertentu, sebenarnya tidak berhenti sampai di situ saja. Di lingkungan terdekat kita, ada sosok manusia yang tak kalah berjasanya. Terutama bagi kita masyarakat pedalaman yang jauh dari kota. Sosok itu adalah para pengecer bahan bakar minyak. Berjerigen-jerigen bahan bakar mereka angkut, biasanya dengan menggunakan motor, dengan segenap risiko dan tantangan yang berbagai rupa. Bisa berupa jalan yang rusak, hawa dingin yang menusuk, tindak kejahatan, dan berbagai hal lain yang sering kali membuat kita bergidik ketika membayangkannya. Namun karena  jasa dan pengorbanan mereka itulah, orang-orang di desa itu tak perlu ke SPBU yang jaraknya sering kali justru terasa berat di ongkos.
Terkait hal ini, saya jadi ingat pada sosok Kang Mat Sholeh. Ia adalah penjual bensin dan solar paling legendaris di kampung kami. Kalau saya tidak salah ingat, ia sudah berjualan sejak saya masih saya belum sunat dan masih bertahan sampai sekarang. Pagi-pagi sekali biasanya ia sudah berangkat ke SPBU Martapura Oku Timur, bersama pedagang bensin eceran lain yang tak kalah jauh dengannya. Perjalanan tak kurang dari 20-35 kilometer dengan beban bahan bakar minyak di jerigen, menjadi sarapannya saban hari.
Belum lagi kalau di tempat kami terjadi kelangkaan BBM, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2008 dan 2010 lalu. Ia bersama kawan-kawannya yang lain terpaksa harus menempuh jarak dua kali lipat dari biasanya, yakni ke kecamatan Baradatu Way  Kanan dengan jarak tempuh mencapai 150 km PP, demi melayani para pelanggannya. Sebab nyatanya, waktu itu aktivitas masyarakat sudah didominasi dengan bantuan mesin sehingga kebutuhan akan bahan bakar merupakan kebutuhan primer.
Pertamina dan Peliknya Pola Distribusi Energi di Negara Kita
Perkara energi memang selalu pelik. Terlebih bagi Indonesia yang notabene merupakan negara kepulauan. Kondisi geografis dan masih terbatasnya infrastruktur transportasi, cukup menyulitkan pola pendistribusian energi ke seluruh wilayah secara merata. Dan Pertamina sebagai BUMN terbesar di bidang minyak dan gas bumi adalah pemikul tanggungjawab tersebut.
Ilustrasi berikut adalah gambaran pola distribusi energi ke seluruh pelosok negeri oleh Pertamina yang konon menjadi yang terumit di dunia. Mari kita amati bersama.
Sungguh, selama ini hal tersebut sama sekali tidak terpikirkan oleh saya. Tahunya tinggal pakai saja, dengan seenaknya. Bahwa ternyata di balik sampainya BBM ke wilayah terdekat kita itu ada 7 unit kilang, 273 unit kapal tanker, dan 111 unit terminal BBM yang bekerja; ada  6865 unit retail outlet, 64 unit Depot Pengisian Pesawat Udara dan 2.856 unit mobil tanki yang tiada henti beroperasi demi menjaga ketersediaan pasokan energi ke seluruh pelosok negeri.Â
Bahwa ternyata, untuk sampai  ke Sumatera, BBM diangkut dengan truk tangki, melewati medan yang berat (TBBM Bengkulu ke SPBU Pedalaman sejauh 300 km). Untuk sampai di Kabupaten Rote Ndao NTT, BBM diangkut melalui jalan darat dan laut yang berombak besar. Itu pun di laut mereka sering kali menghadapi kesulitan karena ombak mencapai lebih dari 2 meter. Sementara di Kalimantan, BBM diangkut melalui jalan darat dan sungai dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Jarak yang harus ditempuh untuk mendistribusikan BBM dari TBBM Pontianak Kalbar menuju TBBM Sintang Kalbar mencapai 255 KM. Jarak yang tak kalah jauh adalah distribusi BBM dari TBBM Samarinda Kaltim menuju APMS Ratah Indah Kaltim, yakni mencapai 560 Km.  Tak hanya itu, pada daerah-daerah dengan sungai yang cukup jeram dan tidak memungkinkan dilalui Long Boat, BBM harus dipindahkan ke drum yang lain dan harus diunjal (diangkut berkali-kali).
Bagaimana dengan distribusi di wilayah Indonesia bagian timur?
Ternyata tak kalah peliknya. Di Maluku dan Papua, BBM diangkut melalui tiga jalur transportasi yakni jalur darat, laut, dan udara.  Di pegunungan Wamena, Oksibil, dan Bintang, BBM dikirim dengan menggunakan pesawat. Sementara untuk wilayah Merauke dan sekitarnya, BBM diangkut dengan menggunakan tongkang/Landing Craft Tank maupun via jalur darat  dengan menggunakan mobil tangki dan truk barang berisi drum.
Mari tarik nafas lagi dan embuskan secara perlahan. Membayangkannya saja, sudah sangat menguras energi, apalagi melakukannya. Tapi memang demikianlah kenyataannya. Kita tidak dapat memungkiri itu. Selain sulit, pola distribusi energi di negara kita juga terbilang mahal. Ada banyak waktu, tenaga, dam risiko yang dipertaruhkan.
Selanjutnya, mari kita tonton sejenak video berdurasi 31 detik ini.
Dalam video tersebut tampak sang anak menceritakan kiprah dan pengabdian ayahnya yang bekerja sebagai Awak Mobil Tangki (AMT) Pertamina. Sang anak sangat bangga pada ayahnya, walaupun ia harus berlebaran tanpa kehadiran sang ayah sebab tugas yang tak bisa ditinggalkan.
Untuk siapakah sebenarnya para AMT tersebut mengabdi?
Jawabannya jelas bukan hanya untuk Pertamina walaupun mereka adalah karyawan Pertamina. Sebab lebih dari itu, mereka sebenanrnya juga mendabdi untuk seluruh rakyat Indonesia. Negeri ini. Dalam setiap tetes peluh yang mereka keluarkan, ada senyum kita di sana.
Dan sebagai bayarannya, secara moral kita dituntut untuk dapat sebijak mungkin dalam menggunakan energi. Syukur-syukur juga mau mendoakan keselamatan mereka, sebab jasanya yang terlampau besar dan tulus itu.Â
Â
Ia yang Semakin Dewasa dan Ingin Mendunia
Pada 10 Desember nanti, Pertamina genap berusia 59 tahun. Angka yang tidak muda lagi. Dengan usia yang semakin bertambah, terlebih bagi sebuah perusahaan migas berplat merah, tentu ada harapan tinggi yang bisa kita sandarkan padanya. Yakni semoga ia dapat semakin kokoh dalam perannya sebagai pahlawan energi di Indonesia, mengingat telah begitu banyak pengalaman-pengalaman yang telah dilalui. Mengingat masih akan begitu banyak tantangan yang harus dihadapi.
Karena itu, di usianya yang ke 59, semoga ia dapat semakin kuat, matang, dan dewasa. Â Semakin menghayati tata nilai yang selama ini dipegangnya, yakni bersih dalam bertindak (clean), kompetitif dalam persaingan (competitive), percaya diri dalam pergaulan antarperusahaan migas dunia (confident), prima dalam melayani (customer focus), bernilai dalam pasar (commercial), dan semakin mumpuni dalam bekerja (capable), sehingga cita-cita menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia dapat lekas tercapai dan derajat Indonesia semakin terangkat karenanya. Selamat ulangtahun Pertamina. Selamat ulangtahun para pahlawan energi Indonesia.Â
Demikian,
Â
Tabik
Jogja, 1 Desember 2016
Darul Azis
Yuk, berteman dengan saya di fesbuk dan twitter juga. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H