Kita memang butuh hiburan. Tapi bukan hiburan yang membodohkan.
Dan televisi memang menyediakan hiburan. Namun jika belum mampu menyajikan tayangan yang mencerdaskan, ya jangan menyajikan tayangan yang membodohkan lah. Terlebih lagi jika ditayangkan pada prime time.
Ketahuilah, rakyat Indonesia sedang merindukan tayangan kesadaran dari dunia pertelevisian. Juga ketegasan dari pemerintah selaku pengawas penyiaran. (Maaf jika untuk bagian yang ini terkesan sangat emosional. Penulis memang tergolong orang yang tidak pernah bisa menyembunyikan perasaannya. Terlebih ketika menulis.)
Â
Sebab Masyarakat Sekarang Juga Sudah Berjuang Dengan Caranya Sendiri, Yakni Dengan Mengoptimalkan Kemajuan Teknologi Informasi.
Sudah bukan zamannya lagi mengeluhkan dampak buruk gadget terhadap pendidikan anak. Namun sebaliknya, kita harus mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media penunjang pembelajaran dan pendidikan. Baik bagi anak-anak, siswa, atau bahkan anaknya tetangga.
Juga Buat Para Output Pendidikan, Ayo dong Kembali Ke Dunia Pendidikan. Bagikanlah Berkah yang Kalian Dapat Dari Pendidikan!
Beberapa faktor yang telah saya sebutkan di atas, tak akan lengkap rasanya jika saya tidak menyebutkan produk-produk pendidikan. Selama ini, yang acapkali menjadi orientasi para produk pendidikan kita (sarjana, dll) adalah diri mereka sendiri. Kuliah di universitas negara dengan bantuan beasiswa, lulus, kerja di perusahaan besar, menyamankan hidup, sudah. Sangat sedikit di antara mereka yang kemudian mau terjun atau melibatkan diri ke dunia pendidikan sebagai bentuk imbal jasa atas apa yang telah mereka dapatkan dari pendidikan. Justru yang banyak kita lihat sekarang adalah orang-orang yang tersisih dari pendidikanlah yang kemudian tergerak untuk menghidupkan pendidikan. Ini kan kebalik namanya.
Â
Ayo dong Kak, berpendidikan masa'Â gitu?
Jogja-Blitar 28 Mei 2016