Mengapa banyak orang khawatir tentang AI? Salah satu kekhawatiran terbesar adalah pengembangan senjata otonom, yaitu senjata yang bisa membuat keputusan sendiri untuk menyerang target tanpa campur tangan manusia. Bayangkan robot pembunuh yang bisa memilih target dan menyerang tanpa perintah. Ini tentu saja sangat mengerikan. AI bisa mengotomatiskan banyak pekerjaan, mulai dari pekerjaan di pabrik hingga pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu seperti akuntansi atau bahkan mengemudi. Jika banyak pekerjaan digantikan oleh mesin, apa yang akan terjadi pada manusia?
AI dilatih menggunakan data yang ada. Jika data tersebut mengandung bias, maka AI juga akan memiliki bias. Misalnya, jika data pelatihan untuk sistem rekrutmen karyawan didominasi oleh pria, maka AI mungkin akan lebih cenderung memilih calon karyawan pria. Semakin canggih AI, semakin sulit bagi kita untuk memahami bagaimana AI membuat keputusan. Jika kita tidak bisa memahami bagaimana AI bekerja, bagaimana kita bisa memastikan bahwa AI selalu bertindak sesuai dengan kepentingan manusia?
Beberapa ahli berpendapat bahwa kekhawatiran ini sangat beralasan. Mereka khawatir bahwa kita sedang menciptakan sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kekhawatiran ini terlalu berlebihan. Mereka percaya bahwa kita bisa mengembangkan AI dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
Bayangkan sebuah pabrik mobil. Dulu, banyak sekali pekerja yang dibutuhkan untuk merakit mobil secara manual, dari memasang baut hingga mengecat bodi mobil. Namun, dengan adanya robot, banyak pekerjaan ini bisa dilakukan secara otomatis. Robot-robot ini bekerja lebih cepat, lebih akurat, dan tidak pernah lelah.
Hal yang sama juga bisa terjadi di banyak bidang lainnya. Misalnya, kasir di supermarket, petugas layanan pelanggan di bank, atau bahkan beberapa pekerjaan di bidang hukum dan akuntansi. Tugas-tugas yang bersifat rutin dan berulang bisa dengan mudah diambil alih oleh AI.
Mengapa AI bisa menggantikan pekerjaan manusia? AI bisa bekerja lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan manusia, sehingga perusahaan bisa meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya. AI bisa bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu tanpa istirahat. AI tidak akan pernah merasa bosan atau lelah, sehingga bisa menghasilkan output yang konsisten.
Apa dampaknya bagi kita? Jika banyak pekerjaan digantikan oleh AI, maka akan ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Pekerjaan yang ada akan berubah. Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan keterampilan sosial akan semakin dibutuhkan. Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan tinggi. Hal ini bisa memperbesar kesenjangan antara kaya dan miskin.
Bayangkan dulu, sebelum ada ponsel pintar. Kita harus bertemu langsung dengan teman atau keluarga untuk berkomunikasi. Sekarang, dengan ponsel, kita bisa menghubungi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Ini adalah contoh sederhana bagaimana teknologi bisa mengubah cara kita berinteraksi.
AI bisa membawa perubahan yang lebih besar lagi. Misalnya, dengan adanya asisten virtual seperti Siri atau Google Assistant, kita bisa mendapatkan informasi dan melakukan banyak hal hanya dengan berbicara. Kita bisa memesan makanan, memesan tiket, atau bahkan berkonsultasi dengan dokter tanpa harus keluar rumah.
Jadi, apakah kita akan menjadi lebih terisolasi atau justru lebih terhubung? Jawabannya tidak sederhana. Di satu sisi, AI bisa membuat kita lebih terhubung. Kita bisa dengan mudah terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia melalui media sosial. AI juga bisa membantu kita menemukan komunitas yang memiliki minat yang sama dengan kita.
Namun, di sisi lain, AI juga bisa membuat kita lebih terisolasi. Jika kita terlalu sering berinteraksi dengan mesin, kita mungkin akan kehilangan kemampuan untuk berinteraksi secara langsung dengan manusia. Selain itu, AI juga bisa menciptakan "gelembung filter" (filter bubble), di mana kita hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan kita, sehingga kita menjadi kurang terbuka terhadap pandangan yang berbeda.