Contoh lain yang lebih spesifik, AI digunakan untuk menganalisis data pengguna dan menyajikan konten yang relevan. Hal ini bisa membuat kita lebih terhubung dengan minat dan hobi kita, tapi juga bisa membuat kita terjebak dalam "gelembung filter". AI digunakan untuk merekomendasikan produk yang mungkin kita suka. Hal ini memudahkan kita untuk menemukan barang yang kita cari, tapi juga bisa membuat kita menjadi konsumtif. AI bisa digunakan untuk memberikan pembelajaran yang lebih personal. Namun, jika terlalu bergantung pada AI, kita mungkin akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari interaksi dengan guru dan teman sekelas.
Etika dan Hukum: Kita perlu mengembangkan kerangka hukum dan etika yang kuat untuk mengatur pengembangan dan penggunaan AI. Bagaimana kita memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan umat manusia?
Perkembangan AI adalah salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi sebagai manusia. Kita perlu melakukan diskusi yang mendalam dan terbuka untuk menemukan cara terbaik dalam memanfaatkan potensi AI sambil meminimalkan risikonya. Apakah kita siap untuk hidup berdampingan dengan "dewa" buatan manusia?
Apa pendapat Anda tentang perbandingan ini? Apakah Anda setuju bahwa AI dapat dianggap sebagai "dewa baru"? Atau, apakah Anda memiliki pandangan yang berbeda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H