Sekarang ini (Sept 2024) , aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) telah menjadi alat penting bagi siswa dan mahasiswa di seluruh Indonesia. Dari menyelesaikan pekerjaan rumah hingga mempersiapkan ujian. Aplikasi-aplikasi ini menawarkan kemudahan yang luar biasa. Namun, seperti halnya dua sisi mata uang, penggunaan aplikasi AI ini juga membawa risiko jika tidak digunakan dengan bijaksana. Berikut lima aplikasi AI yang paling sering digunakan, beserta potensi bahaya jika tidak digunakan dengan tepat.
 1. ChatGPT
Siapa yang tidak kenal ChatGPT?. Ini adalah salah satu aplikasi AI yang paling populer di kalangan pelajar. Dengan kemampuannya yang canggih dalam menjawab berbagai pertanyaan, ChatGPT dapat *membantu* menyelesaikan tugas sekolah atau bahkan *menjelaskan konsep* yang sulit dipahami dalam pelajaran. Misalnya, ketika seorang siswa kesulitan memahami materi fisika, mereka dapat mengetikkan pertanyaan di ChatGPT dan menerima penjelasan yang rinci dalam waktu singkat.
Namun, ada bahaya yang mengintai jika siswa hanya mengandalkan ChatGPT tanpa berusaha memahami materi sendiri. *Ketergantungan* pada aplikasi ini dapat mengurangi kemampuan kritis dan kreativitas siswa. Mereka mungkin cenderung menyalin jawaban secara langsung tanpa menganalisis atau mempelajari lebih dalam, yang pada akhirnya merugikan mereka dalam jangka panjang. Penting untuk tetap menggunakan aplikasi ini sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses belajar.
 2. Grammarly
Grammarly adalah aplikasi AI yang membantu pengguna memeriksa tata bahasa, ejaan, dan gaya penulisan dalam bahasa Inggris. Mahasiswa yang harus menulis esai, laporan, atau tugas lainnya sering menggunakan Grammarly untuk memastikan tulisan mereka bebas dari kesalahan. Aplikasi ini sangat bermanfaat, terutama bagi mereka yang belum terbiasa menulis dalam bahasa Inggris.
Namun, jika digunakan secara berlebihan tanpa belajar dari koreksi yang diberikan, Grammarly bisa menjadi "tongkat" yang membuat siswa dan mahasiswa kurang memperhatikan peningkatan kemampuan menulis mereka sendiri. Akhirnya, mereka akan *bergantung* pada aplikasi ini, yang justru menghambat pengembangan keterampilan bahasa. Seperti halnya ChatGPT, Grammarly sebaiknya digunakan sebagai pendamping dalam proses belajar, *bukan sebagai alat untuk mengambil jalan pintas*.
 3. Photomath
Anak anda pernah pakai Photomath? Bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam matematika, Photomath menjadi penyelamat. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk memotret soal matematika, dan dalam hitungan detik, Photomath akan memberikan jawaban lengkap beserta langkah-langkah penyelesaiannya. Fitur ini sangat membantu dalam memahami proses pemecahan masalah matematika yang rumit.
Namun, di balik kemudahannya, Photomath juga menyimpan risiko bagi siswa yang hanya tertarik pada jawaban akhir tanpa mempelajari prosesnya. Jika hanya digunakan untuk menyalin jawaban, siswa tidak akan mendapatkan *pemahaman* yang mendalam tentang konsep matematika. Penggunaan Photomath harus diiringi dengan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana aplikasi tersebut mencapai jawaban yang diberikan. Tanpa pendekatan yang bijak, Photomath dapat menjadi alat yang mendorong sikap malas belajar.