Tiga pendekatan sosiologis yang dimaksud adalah pendekatan social service, social network dan philanthropy. Filantropi dianggap sebagai salah satu modal sosial yang telah lama menyatu di dalam kultur dan tradisi masyarakat. Terutama pada masyarakat desa (villagers). Sebagai contoh, kita bisa belajar dari masyarakat pedesaan Jawa.
Masyarakat pedesaan Jawa memiliki rasa kepedulian tinggi yang telah lama diterapkan dengan sangat baik dan berlangsung turun temurun. Di desa tumbuh budaya seperti sambatan, gotong-royong dan kenduren sebagai bentuk perwujudan kepedulian. Ringkasnya tradisi ini dapat menumbuhkan empati kemanusiaan.
Terapi Hubungan Sosial
Senada dengan itu Robert Waldinger menyampaikan bahwa hidup yang baik bermula dari hubungan yang baik antar sesama. Ia menyebutnya dengan istilah good relationship, atau dalam istilah lain disebut silaturrahim. Meskipun nyatanya di masyarakat, banyak dijumpai fenomena hubungan sosial yang tidak baik (bad relationship) yang disebabkan oleh beragam faktor.
Seperti konflik, persaingan, perbedaan opini, dan interaksi negatif lainnya. Bahkan hubungan tidak baik itu berakibat pada rusaknya beragam tatanan sistem sosial, politik, ekonomi atau bahkan sistem hidup yang lain. Buruknya hubungan sosial, juga berdampak pada rusaknya etika sosial (kemanusiaan). Seperti yang tengah terjadi pada krisis Israel-Palestina, yang terus berkelanjutan.
Jika sistem sosial rusak maka tidak dapat terjadi pewarisan nilai dan etika di masyarakat (regenerasi etika). Waldinger menyarankan perlu dilakukan “terapi” atau penyembuhan (healing) dalam lingkup hubungan sosial. Adapun terapi dalam konteks ini adalah penanganan intensif untuk memulihkan kembali hubungan sosial yang mulai bermasalah atau mengalami konflik.
Layaknya dalam ilmu kesehatan terapi bertujuan untuk memulihkan kembali fungsi dari organ-organ tubuh yang bermasalah. Di dalam Ilmu psikologi juga dikenal istilah psikoterapi yakni pemulihan kembali kondisi mental seseorang yang telah mengalami beragam masalah atau ganguan kejiwaan disebabkan karena stress, frustasi, konflik batin yang berkepanjangan, trauma atau putus asa.
Setali dengan itu konsep filanterapi sebenarnya mirip dengan filantropi dan psikoterapi. Karena beririsan dengan kedua istilah tersebut yang dikaitkan dengan hubungan sosial. Secara istilah, filanterapi dapat dimaknai sebagai upaya peyembuhan hubungan sosial yang terindikasi terdapat kondisi kurang harmonis.
Terapi didasari atas rasa cinta atau kasih sayang sebagai manusia. Dalam arti kemanusiaan yang lebih umum adalah kepedulian. Objek utama yang diterapi adalah pola hubungan sosial dalam aspek kemanusiaan, kultural dan kemasyarakatan.
Seperti pesan yang tersirat pada ungkapan, “Cukup menjadi manusia untuk membela Palestina”. Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan pada umumnya. Terapi ini menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kenyamanan dan keamanan kehidupan kemanusiaan. Kenyamanan hidup manusia dalam arti hubungan baik untuk saling memakmurkan kehidupan di dunia.
Narasi filanterapi memiliki kesamaan dengan filantropi dalam hal motivasi. Karena semangatnya sama-sama disebabkan atas rasa cinta dan kasih sayang. Filanterapi juga memiliki kesamaan dengan fisioterapi dalam hal posisinya sebagai instrumen penyembuh (healing).