Mohon tunggu...
Dartim Ibnu Rushd
Dartim Ibnu Rushd Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sedang belajar menjadi seorang Penulis yang sungguh-sungguh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menebarkan Rahmah

7 Maret 2024   13:02 Diperbarui: 7 Maret 2024   13:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi menariknya terkadang hukum asal dalam syariat bisa berbeda dengan kondisi realitas kehidupan di masyarakat. Sebagai contoh di lapangan, seperti haramnya hukum memakan babi bagi setiap muslim. Hukum ini dalam keadaan normal adalah haram. Tapi jika dalam keadaan (realitas) betul-betul tidak ada makanan selain babi, maka hukumnya menjadi mubah. Boleh tapi sekedarnya saja agar terhindar dari kematian.

Termasuk hukum potong tangan bagi pencuri. Jika realitas hidup dalam suasan atau keadaan paceklik atau sulit, maka boleh untuk tidak dilaksanakan hukum potong tangan itu. Artinya bisa jadi kita menganggap suatu keadaan atau fenomena dengan berbagai label dan istilah. Tapi terkadang tidak semua istilah dan label yang sama, cocok untuk semua keadaan.

Secara umum dapat ditarik benang merah, jika dalam ajaran Islam ada kesesuaian dengan konsep-konsep teori sosial, ekonomi dan politik sekalipun, sama sekali tidak menjadikan "Islam" berubah. Tetapi hanya ada kesesuaian saja antara teori yang berkembang dengan nilai-nilai Islam. Sekali lagi Islam itu ya Islam. Islam is one. Islam hanya satu. 

Dampak pengamalannya (aktualisasi), mari kita tinggalkan perdebatan untuk masalah fikih yang boleh berbeda, dan mari berijtihad untuk pengamalan terbaik dari masing-masing. Selanjutnya kita dapat bekerja sama untuk masalah-masalah yang bisa dikompromikan. Semangatnya santun dalam perbedaan dan adil dalam menempatkan.

Maka, jangan terlalu serius dengan istilah atau frase-frase berbagai "varian Islam" yang terkadang menggambarkan kalangan dan kelompok muslim tertentu. Karena sesama muslim adalah bersaudara. Apalagi secara teknis, istilah-istilah itu sebenarnya ditunjukkan bukan pada Islam tapi pada kaum muslimin. 

Oleh karenanya bagi kita kaum muslimin, semangatnya adalah semangat rahmatan lil 'alamin sebagai modal interaksi positif.

Maknanya apa? Maknanya adalah semangat menebar kasih sayang (dari kaum muslimin) bagi semesta alam. Di mana kata rahmah itu mengindikasikan sikap kebesaran hati, komunikasi-musyawarah yang mencerahkan dan semangat persatuan dengan kembali kepada nilai-nilai Islam (dasar etika dan moral) sebagai pemersatu. Tidak memaksa dan selalu menghargai perbedaan dengan akhlak terbaik (toleran).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun