Mohon tunggu...
Darrel Rondo
Darrel Rondo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - CC'26

saya senang berpikir tentang berpikir dan juga tidur siang

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Ada Apa dengan Sampling dan Interpolasi?

15 Maret 2024   21:53 Diperbarui: 26 Maret 2024   08:03 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampling dan interpolasi tampak menjadi tren yang tak terhindarkan di industri musik saat ini. Tidak jarang kita menemukan bahwa lagu-lagu yang sedang berputar di media sehari-hari terdengar familiar. 

Pola produksi musik dengan cara sampling maupun interpolasi ini baru saya sadari secara pribadi pada akhir tahun 2023 saat beredar konten-konten dari akun TikTok @jarredjermaine yang mengulik berbagai lagu populer yang sebenarnya adalah hasil sampling atau interpolasi. 

Kebiasaan praktik semacam itu cukup mencurigakan bagi saya sehingga saya mulai menulusurinya. Pada artikel ini, saya ingin membahas dengan singkat saja tren sampling dan interpolasi di dunia permusikan sekarang serta sedikit memberikan opini saya terhadap keduanya.

(YouTube: @JarredJermaine)
(YouTube: @JarredJermaine)

Pertama-tama, definisi dari sampling itu sendiri harus dimengerti. Sampling adalah suatu tindakan mengambil bagian-bagian audio musik yang sudah ada untuk dimasukkan ke dalam lagu yang hendak diproduksi. 

Umumnya, audio yang diambil akan diperlambat, dipercepat, atau sekadar dikecilkan audionya dan diulang-diulang di belakang untuk menemani lirik utama lagu ciptaan mereka yang melakukan sampling. 

Tindakan sampling sendiri banyak dilakukan oleh berbagai artis di industri musik kontemporer. Namun beberapa contoh artis yang kerap melakukan hal tersebut adalah Eminem dan Dua Lipa. 

Salah satu contohnya adalah lagu "My Name Is" karya Eminem yang merupakan hasil sampling terhadap lagu "I Got The..." milik Labi Siffre. Di sisi lain, "Love Again" karya Dua Lipa dibuat dengan sampling lagu "My Woman" ciptaan The Monseigneur Band dan Al Bowlly. 

Sampling pun ditemukan juga di lagu-lagu K-Pop dan salah satu contohnya adalah lagu dari Le Sserafim, yaitu "Eve, Psyche & The Bluebeard's Wife" yang mengambil sampel untuk bagian intronya dari sebuah sample pack milik Zenhiser.

Interpolasi sendiri berarti mengambil melodi dari suatu lagu yang sudah ada untuk dimasukkan ke dalam karya yang hendak diproduksi. 

Contoh dari interpolasi sendiri adalah lagu karya "Coming For You" karya SwitchOTR yang mengambil melodi dari magnum opus milik Avicii, "The Nights". "I'm Good (Blue)" karya Bebe Rexha dan David Guetta yang menginterpolasi "Blue (Da Ba Dee)" milik Eiffel 65, bahkan sempat mencapai urutan pertama pada Spotify's Top Songs Global. 

Audio dan lagu yang diambil sebagai sample maupun interpolasi biasanya telah menjadi viral di masa lalu. Hal ini dilakukan agar potensi karya baru dari seorang artis untuk menjadi terkenal semakin besar. 

SwitchOTR yang menginterpolasi "The Nights" milik Avicii langsung mendapat perhatian besar di media TikTok saat ia menggunggah teaser  "Coming For You" pada tahun 2021.

Selain itu, "Ginseng Strip 2002" milik Yung Lean yang sempat viral di TikTok dua tahun lalu juga mengambil sample dari lagu "Yamanelli Kananendhu" yang merupakan lagu devosional Hindu dari India.

Dua kebiasaan ini memiliki penyebab dan konsekuensi yang cukup identik. Sampling maupun interpolasi kalau saya telaah lebih dalam disebabkan oleh sikap konservatif artis dan juga label perekaman dalam memproduksi suatu lagu. 

Apabila dilihat dari contoh di atas dan juga daftar lagu yang merupakan hasil sampling dan interpolasi di Google, terlihat bahwa sebagian besar lagu sample dan interpolasi yang dipakai sudah pernah viral atau sekadar terdengar familiar karena telah cukup tersosialisasi dalam kalangan tertentu. 

Apabila dilihat dari analisis kreativitas budaya, tentu yang akan pemikiran yang akan dominan muncul adalah bahwa musik saat ini dipenuhi oleh karya-karya pastiche. 

Menurut Jameson, F. (2020/1989), pastiche adalah sebuah parodi yang kosong. Ia bernalar bahwa pastiche berarti sebuah tiruan terhadap gaya-gaya produk yang sudah mapan tersebar di masyarakat. 

Hal ini kontras dengan parodi yang secara inheren sudah berniat untuk mengkritik dan mentertawai budaya yang populer. 

Oleh karena itu, pola produksi budaya secara pastiche ini dapat dicurigai sebagai suatu upaya yang dilakukan hanya untuk mendapatkan profit. Jalan yang sekiranya menguntungkan karena risiko yang tampil sedikit menjadi sebuah kenyamanan bagi artis dan label perekaman yang kurang berani menjadi pionir.

Namun, kita juga tidak seharusnya memandang sampling dan interpolasi sebagai suatu kebiasaan yang negatif. Bagi saya pribadi, sampling dan interpolasi malah dapat menjadi suatu pendongkrak kreativitas apabila dilaksanakan secara tepat. 

Melakukan sampling dan interpolasi tidak terbatas hanya terhadap karya yang sudah populer saja. Kalau demikian pola pikir sampling dan interpolasi, justru hanya akan melahirkan karya-karya yang pastiche karena sekadar bersifat mereproduksi suatu karya dengan sedikit modifikasi saja.

Sampling dan interpolasi dapat mengungkap suatu potensi yang tidak terbatas sebenarnya dari sebuah bunyi-bunyi yang tidak terdengar spesial. 

Contohnya, "YuNg BrAtZ" karya XXXTENTACION ternyata secara unik mengambil sample suara-suara dari fight antara sang artis dengan seorang penggemarnya. Dalam konteks seperti ini, sampling dan interpolasi memiliki kapabilitas produktif.

Saya spontan teringat dengan gagasan Gilles Deleuze tentang deteritorialisasi. Suatu tindakan deteritorialisasi berarti membongkar batasan-batasan diri, atau dalam konteks ini berarti dinding-dinding kreatif dari suatu benda. 

Sampling dan interpolasi membuka pintu bagi penggunaan audio secara menyimpang, dalam artian menghasilkan sesuatu produk dari audio tersebut yang tidak akan mungkin terpikirkan secara normatif. 

Tugas seorang musisi dan label perekaman sekarang adalah untuk menciptakan karya-karya unik yang tidak sekadar mengikuti dengan terlalu identik karya yang sudah populer di zaman dahulu. 

Oleh karena itu, saya sangat menganjurkan dan mendukung teman-teman musisi yang membaca untuk selalu giat mencari inspirasi dari bunyi=bunyi yang terdengar biasa saja dalam sehari-hari. 

Bunyi semacam sfx dalam permainan elektronik atau sekadar kicauan burung di pagi hari mengandung posibilitas tanpa batas yang dapat diaktualisasi jika dikombinasikan dengan modifikasi pitch, kecepatan suara, atau yang lainnya. 

Internet sebagai sarana informasi juga memungkinkan berbagai macam musisi untuk menemukan rekaman lagu tradisional atau hidden gem yang dapat menjadi sumber inspirasi yang di luar benteng pikiran juga. '

Kombinasi bunyi dari seruan tarian Kecak atau bahkan nyanyian tradisional bahasa Aramaik memiliki potensi konjugasi yang unik dengan bunyi lain dan juga suara kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun