Mohon tunggu...
Darrel Rondo
Darrel Rondo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - CC'26

saya senang berpikir tentang berpikir dan juga tidur siang

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Ada Apa dengan Sampling dan Interpolasi?

15 Maret 2024   21:53 Diperbarui: 26 Maret 2024   08:03 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh dari interpolasi sendiri adalah lagu karya "Coming For You" karya SwitchOTR yang mengambil melodi dari magnum opus milik Avicii, "The Nights". "I'm Good (Blue)" karya Bebe Rexha dan David Guetta yang menginterpolasi "Blue (Da Ba Dee)" milik Eiffel 65, bahkan sempat mencapai urutan pertama pada Spotify's Top Songs Global. 

Audio dan lagu yang diambil sebagai sample maupun interpolasi biasanya telah menjadi viral di masa lalu. Hal ini dilakukan agar potensi karya baru dari seorang artis untuk menjadi terkenal semakin besar. 

SwitchOTR yang menginterpolasi "The Nights" milik Avicii langsung mendapat perhatian besar di media TikTok saat ia menggunggah teaser  "Coming For You" pada tahun 2021.

Selain itu, "Ginseng Strip 2002" milik Yung Lean yang sempat viral di TikTok dua tahun lalu juga mengambil sample dari lagu "Yamanelli Kananendhu" yang merupakan lagu devosional Hindu dari India.

Dua kebiasaan ini memiliki penyebab dan konsekuensi yang cukup identik. Sampling maupun interpolasi kalau saya telaah lebih dalam disebabkan oleh sikap konservatif artis dan juga label perekaman dalam memproduksi suatu lagu. 

Apabila dilihat dari contoh di atas dan juga daftar lagu yang merupakan hasil sampling dan interpolasi di Google, terlihat bahwa sebagian besar lagu sample dan interpolasi yang dipakai sudah pernah viral atau sekadar terdengar familiar karena telah cukup tersosialisasi dalam kalangan tertentu. 

Apabila dilihat dari analisis kreativitas budaya, tentu yang akan pemikiran yang akan dominan muncul adalah bahwa musik saat ini dipenuhi oleh karya-karya pastiche. 

Menurut Jameson, F. (2020/1989), pastiche adalah sebuah parodi yang kosong. Ia bernalar bahwa pastiche berarti sebuah tiruan terhadap gaya-gaya produk yang sudah mapan tersebar di masyarakat. 

Hal ini kontras dengan parodi yang secara inheren sudah berniat untuk mengkritik dan mentertawai budaya yang populer. 

Oleh karena itu, pola produksi budaya secara pastiche ini dapat dicurigai sebagai suatu upaya yang dilakukan hanya untuk mendapatkan profit. Jalan yang sekiranya menguntungkan karena risiko yang tampil sedikit menjadi sebuah kenyamanan bagi artis dan label perekaman yang kurang berani menjadi pionir.

Namun, kita juga tidak seharusnya memandang sampling dan interpolasi sebagai suatu kebiasaan yang negatif. Bagi saya pribadi, sampling dan interpolasi malah dapat menjadi suatu pendongkrak kreativitas apabila dilaksanakan secara tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun