Mohon tunggu...
Darmayasa Darma
Darmayasa Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Lahir di Ubud, Bali, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama itu Sederhana dan Membahagiakan

27 Maret 2020   02:04 Diperbarui: 27 Maret 2020   01:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia menyebarangi arti dan bahkan makna. Oleh karena itulah "reader" dalam bahasa Indonesia tersebut sesungguhnya mempunyai terjemahan sangat bermakna.

"Hana ya prawtti" terdapat tingkah laku atau prilaku, memberikan penegasan perbuatan atau prilaku yang berbeda dan/atau hendaknya dibedakan dengan prilaku sehari-hari yang orang lakukan hanya untuk melakukan perbuatan. "Hanya ya prawrtti" menunjukkan prilaku yang berdasarkan pada suatu disiplin agama spiritual yang mantap. 

Selain itu, biasanya orang menganggap tingkah laku atau prilaku hanyalah apa yang dilakukan melalui badan jasmani, sedangkan apa yang dilakukan melalui kata-kata dan pikiran tidak dimasukkan sebagai prilaku. 

"Hana ya prawrtti" memberikan penegasan bahwa apa yang dilakukan melalui kata-kata pun adalah prilaku, dan apa yang dilakukan melalui pikiran pun adalah prilaku. Biasanya, bagi kebanyakan orang terlebih orang-orang yang suka dan "memperoleh kepuasan" dengan mengata-ngatai dan berpikir buruk terhadap orang lain, tidak memasukkan "kata-kata" dan "pikiran"-nya sebagai prilaku. 

Mereka tidak menganggap dosa ketika mengata-ngatai keburukan orang lain, atau ketika berpikir buruk terhadap orang lain. Mereka memisahkan dosa dari prilaku kata dan pikiran. 

"Hana prawrtti" memberikan penegasan bahwa prilaku yang "kapuhara dening kya, wk, manah', semua itu adalah prilaku yang harus dipertanggujawabkan. Ia bukanlah sesuatu yang tidak memberikan "reaksi buruk" pada diri sendiri. "Hana ya prawrtti" memasukkan ketiganya yaitu "kaya wak manah" sebagai prilaku yang harus ditata dalam jalan dharma.

"Ndtan panukhe ya ri kita, magawe-duhkhapuhara hd-roga, yatika tan ulahaknanta ring len" - semua "prawrtti" atau prilaku tersebut yang tidak menyenangkan jika itu dilakukan pada diri kita, - semua itu "yatika tan ulahakenanta ring len" - hendaknya tidak dilakukan terhadap orang lain.

Jika orang membuat baju untuk diri sendiri, janganlah ukuran orang lain yang dipakai, terlebih lagi jika ukuran S yang pas untuk diri sendiri lalu mengukur badan orang lain yang mempunyai ukuran XL, maka begitu keluar pekarangan rumah, kita memakai pakaian tersebut, maka seluruh "cicak" dan "tokek" pun akan tertawa melihatnya. 

Pribahasa "mengukur baju di badan sendiri" sepertinya sangat dekat dengan pesan sloka di atas, bahwa orang hendaknya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang ia tidak ingin lakukan untuk dirinya sendiri. Orang tidak akan melakukan perbuatan apa pun terhadap orang lain yang tidak membahagiakan diri sendiri. 

Arya Vidura ketika memberikan nasihat kepada Maharaja Yudhisthira, menitipkan pesan singkat tetapi sangat mulia, yaitu "perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri." Viu Pura menegaskan "praninam upakaraya" -- segala hal yang menyebabkan kesejahteraan semua mahluk hidup,- tad eva matimn bhajet, - itulah yang orang bijaksana harus lakukan dan usahakan. (Darmayasa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun