Mohon tunggu...
Darmayasa Darma
Darmayasa Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Lahir di Ubud, Bali, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama itu Sederhana dan Membahagiakan

27 Maret 2020   02:04 Diperbarui: 27 Maret 2020   01:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ukuran dharma adalah apa yang menyenangkan, menyejahterakan diri dan membahagiakan diri sendiri. Kebalikkan dari itu, yaitu hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak menyejahterakan diri dan juga tidak membahagiakan diri sendiri bukanlah dharma atau agama, dan itu tidak dilakukan kepada orang lain. Itulah definisi dharma yang sederhana. 

Leluhur bangsa kita pun sangat menggarisbawahi pesan indah ini, asing tan kahyun ywakta, yatika tanulahaknanta ring len, bahwa segala sesuatu yang tidak berkenan bagi diri orang, semua itu seharusnya tidak dilakukan pada diri orang lain.

Kunang deyanta, hana ya prawtti, kemudian renungkanlah lagi, bahwa ada prilaku,  kapuhara dening kya, wk, manah,  yang dilakukan melalui perbuatan, perkataan, dan pikiran, ndtan panukhe ya ri kita, magawe-duhkhapuhara hd-roga, akan tetapi sama sekali tidak membuat dirimu menjadi senang, memberikan kedukaan menyebabkan sakit hati, yatika tan ulahaknanta ring len, prilaku seperti itu janganlah engkau perbuat pada orang lain, haywa tan harimbaw, ika gatinta mangkana, ya tika sangkepaning dharma ngaranya, janganlah tidak mengukur tingkah laku seperti itu pada diri sendiri, sebab prilaku seperti itu dinyatakan sebagai kesimpulan dari pada ajaran Dharma, wyartha kadamlaning dharma yan mangkana, lilntat gawayakna ya, sia-sialah menjalankan ajaran Dharma bila demikian adanya. Lakukanlah (pada yang lain segala) apa yang membuat dirimu senang.

"Na tat parasya sandadhyat pratikulam yadatmanah" - janganlah terapkan terhadap yang lain apa pun yang bertentangan dengan kebahagiaan dirimu.

Biasanya, kita selalu melakukan apa pun yang pasti menyenangkan, menguntungkan, serta membahagiakan diri kita. Sangat tidak mungkin orang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kesenangan serta kebahagiaan dirinya. Sama sekali tidak mungkin orang melakukannya. Kecuali ada alasan-alasan tertentu, misalnya alasan kejiwaan. 

Ajaran-ajaran Dharma memberikan arahan serta tuntunan yang sangat jelas bagaimana melakukan sesuatu di dunia ini. Sangat banyak tercecer ajaran-ajaran indah nan mulia yang jika orang mematuhinya maka hidupnya akan dipenuhi oleh segala jenis kesejahteraan dan kebahagiaan, yang pada sloka dikutip oleh Sarasamuccaya ini diringkas dalam satu kalimat indah, yaitu jangan melakukan suatu perbuatan terhadap orang lain yang tidak menyenangkan diri sendiri.

Terhadap kalimat "cemerlang" tersebut, leluhur kita mengulasnya dalam bahasa Jawa Kuna secara lebih detail lagi, "Kunang deyanta..." - perhatikan dan camkanlah hal ini olehmu...

Kalimat "kunang deyanta...", memberikan peringatan kepada pembaca bahwa ketika orang membaca ajaran atau nasihat, maka orang tidak hanya membaca sebagaimana orang membaca koran dan majalah hiburan. "Kunang deyanta" memberikan peringatan agar orang membaca ajaran-ajaran dharma tidak mempergunakan akal, logika dan kecerdasan material secara berlebihan tanpa kendali.

"Kunang deyanta", orang hendaknya membaca "sastra tan patulis"-nya dan bukan "sastra tulis"-nya. Karena, "sastra tulis"-nya merupakan kotak kemasan belaka, sedangkan "berlian" yang merupakan isi dari sastra tulis tersebut adalah apa yang "disembunyikan" oleh "sastra tan patulis". 

Untuk itu, ia harus diberikan perhatian lebih, dibaca dengan penuh perhatian, dengan benar, jika ia adalah mantra maka secara "svaratah" - pelafalan atau pengucapan, dan "varnatah" - secara spelling atau penulisan... harus mendapat perhatian dari sang pembaca.

Kata pembaca dalam bahasa Indonesia, jika dicari padanan terjemahannya ke dalam bahasa Inggris, ia barangkali tidak tepat diterjemahkan sebagai "reader" karena ia bukan "reading" melainkan "vaaca" atau mengucapkan, artinya apa yang tertulis bukanlah apa yang harus dibaca, melainkan apa yang tidak tertulis, itulah yang hendaknya dibaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun