Peribahasa Nias "Amuata nifaigi ba bua-bua nitöngöni", yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai "Orang dinilai dari kelakuan dan budi pekerti", memiliki latar belakang yang sangat erat dengan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Nias. Peribahasa ini mencerminkan cara berpikir, norma sosial, dan etika yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Nias, terutama dalam hubungan antarmanusia.
1. Pentingnya Budi Pekerti dalam Masyarakat Nias
Di Nias, seperti di banyak kebudayaan tradisional lainnya, budi pekerti (karakter, akhlak, dan perilaku yang baik) sangat dihargai. Masyarakat Nias percaya bahwa seseorang yang memiliki kelakuan yang baik, seperti sopan santun, kejujuran, rasa hormat terhadap orang lain, dan tanggung jawab sosial, akan dihormati. Peribahasa ini menegaskan bahwa tindakan dan perilaku seseorang menjadi ukuran utama dalam menilai kualitas pribadi seseorang.
Dalam budaya Nias, kehormatan adalah hal yang sangat dijaga. Seseorang yang bertindak tidak baik atau tidak menghormati norma sosial akan kehilangan rasa hormat dari komunitas. Peribahasa ini mengingatkan untuk tidak cepat menilai orang dari hal-hal yang tampak kasat mata, tetapi sebaliknya, kita harus melihat dari kelakuan mereka yang lebih menggambarkan siapa mereka sebenarnya.
2. Penghargaan terhadap Proses dan Kesabaran
Menjaga Emosi dan Pertimbangan
Peribahasa ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari. Dalam budaya Nias, mengambil keputusan dengan hati-hati dan tidak terburu-buru adalah nilai yang dijunjung tinggi. "Amuata" (Tingkah Laku) dan "bua-bua" (Hasil) menekankan pentingnya tidak bertindak dengan cepat berdasarkan emosi atau dorongan sesaat. Hal ini mencerminkan kebijaksanaan dalam proses pengambilan keputusan.
Menghargai Proses dan Hasil yang Matang
Budaya Nias menghargai proses dalam mencapai tujuan. Seseorang yang bertindak terburu-buru atau tanpa pertimbangan matang bisa dianggap kurang bijaksana. Peribahasa ini mendorong orang untuk berpikir matang dan menghindari reaksi impulsif yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
3. Konsep Kehidupan Sosial dan Harmoni
Komunitas dan Gotong Royong
Dalam budaya Nias, kehidupan sosial sangat penting dan terjalin dalam ikatan yang erat antar anggota masyarakat. Keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang lain melalui kelakuan yang terhormat.
Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Peribahasa ini juga menekankan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh individu akan dilihat oleh masyarakat dan menjadi cerminan dari karakter mereka. Dalam masyarakat Nias, tanggung jawab terhadap keharmonisan dan kesejahteraan bersama sangat penting. Seorang individu yang bertindak dengan baik akan memberikan dampak positif bagi komunitasnya.
4. Ajaran Lisan dalam Pendidikan Masyarakat
Peran Peribahasa dalam Pendidikan
Peribahasa ini, seperti banyak peribahasa tradisional lainnya, berfungsi sebagai sarana pendidikan dalam masyarakat Nias. Melalui ungkapan yang singkat dan padat ini, orang tua dan anggota masyarakat lainnya mengajarkan anak muda tentang pentingnya karakter dan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Peribahasa ini juga menjadi pengingat bagi mereka untuk menjaga kehormatan keluarga dan komunitas melalui tindakan yang bijaksana dan penuh rasa hormat.
Peribahasa Nias "Amuata nifaigi ba bua-bua nitöngöni" berakar pada nilai-nilai budaya yang mengutamakan budi pekerti, pengendalian emosi, kesabaran, dan tanggung jawab sosial. Melalui peribahasa ini, masyarakat Nias mengajarkan anak muda untuk tidak cepat menilai orang lain atau bertindak tergesa-gesa, tetapi untuk mengutamakan kelakuan yang baik dan budi pekerti sebagai ukuran sejati dalam menilai karakter seseorang. Ini adalah bagian dari filosofi hidup yang mendalam dan dihargai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nias.
Filsafat yang terkandung dalam ungkapan bahasa Nias "Amuata nifaigi ba bua-bua nitöngöni" yang berarti "Orang dinilai dari kelakuan dan budi pekerti" mengandung pesan yang mendalam, khususnya bagi anak muda.
Makna filsafat ini mengajarkan bahwa kepribadian dan tindakan seseorang adalah ukuran sejati untuk menilai karakter mereka, bukan penampilan luar atau reaksi emosional sesaat. Beberapa poin yang bisa diambil dari ungkapan ini adalah:
1. Kedewasaan dalam Berperilaku
Anak muda diajak untuk berhati-hati dalam bertindak. Tindakan yang terburu-buru atau didorong emosi tidak akan mencerminkan siapa diri seseorang yang sebenarnya. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan kelakuan yang baik dan budi pekerti yang terpuji.
2. Pentingnya Budi Pekerti
Dalam kehidupan sosial, budi pekerti yang baik seperti kejujuran, kesabaran, dan rasa hormat kepada orang lain menjadi ukuran utama dalam menilai seseorang. Ini mengingatkan bahwa karakter yang baik lebih dihargai daripada penampilan atau pencapaian sesaat.
3. Tanggung Jawab atas Tindakan
Setiap tindakan yang dilakukan, baik yang dilakukan dengan sadar atau spontan, akan mencerminkan siapa kita di mata orang lain. Oleh karena itu, penting untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab terhadap setiap pilihan.
4. Pentingnya Refleksi Diri
Ungkapan ini juga mengajarkan bahwa sebaiknya kita tidak cepat menilai atau menghakimi orang lain hanya dari sikap atau tindakan yang tampak di luar. Sebaliknya, orang lain pun akan menilai kita berdasarkan bagaimana kita berperilaku dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat dalam peribahasa "Amuata nifaigi ba bua-bua nitöngöni" mengajarkan anak muda Nias untuk bertindak dengan bijaksana, menjaga budi pekerti, dan selalu mengendalikan emosi. Dengan demikian, mereka akan dihargai karena karakter dan kelakuannya, yang lebih penting daripada penampilan atau tindakan impulsif. Filosofi ini sangat relevan untuk membentuk generasi muda yang dewasa, bertanggung jawab, dan penuh integritas.
Filsafat "Amuata nifaigi ba bua-bua nitngni" yang berarti "Orang dinilai dari kelakuan dan budi pekerti" memberikan manfaat yang besar baik bagi masyarakat Nias maupun masyarakat umum. Â
Bagi Masyarakat Nias
- Mempertahankan Keharmonisan Sosial. Dengan mengutamakan kelakuan dan budi pekerti, peribahasa ini membantu menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga dan komunitas, menghindari konflik yang dipicu oleh tindakan tergesa-gesa atau emosi negatif.
- Penghargaan terhadap Nilai Tradisional. Filsafat ini memperkuat nilai-nilai budaya Nias yang mengutamakan kehormatan dan etika dalam kehidupan sosial, membimbing generasi muda untuk tetap menghargai tradisi leluhur.
- Menumbuhkan Kepemimpinan yang Baik. Masyarakat yang menjunjung tinggi budi pekerti akan lebih mampu menghasilkan pemimpin yang bijaksana, dapat dipercaya, dan dihormati oleh komunitas.
Bagi Masyarakat Umum
- Meningkatkan Kualitas Hubungan Sosial. Menghargai kelakuan dan budi pekerti membantu menciptakan hubungan yang lebih baik, saling menghormati, dan penuh empati antar individu dalam masyarakat mana pun.
- Pentingnya Pengendalian Diri. Filsafat ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan pengendalian diri dalam mengambil keputusan, yang dapat menghindarkan tindakan impulsif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
- Membangun Masyarakat yang Bertanggung Jawab. Dengan menilai orang berdasarkan tindakan yang nyata, filsafat ini mendorong setiap individu untuk bertanggung jawab atas kelakuannya, menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
Secara keseluruhan, "Amuata nifaigi ba bua-bua nitöngöni" mengajarkan nilai pentingnya karakter yang baik, kesabaran, dan tanggung jawab dalam membangun masyarakat yang harmonis dan penuh rasa hormat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H